Selasa, 09 April 2013

Sejarah Terbentuknya Huruf Alphabet

Apakah anda pernah berfikir bahwa huruf alfabet yang sering kita gunakan sehari-hari memiliki sejarah yang sangat menarik dan wajib untuk kita ketahui. Huruf alfabet yang kita gunakan sekarang tidak terbentuk begitu saja, semua meiliki sejarah dan proses yang memakan waktu cukup lama.



Alphabet Modern
Huruf-huruf dari suatu alfabet sebenarnya adalah tanda-tanda yang bersuara. Huruf-huruf alfabet Inggris didasarkan pada alfabet Romawi yang usianya kira-kira 2.500 tahun. Huruf-huruf besar hampir sama persis dengan huruf-huruf besar yang digunakan dalam prasasti Romawi pada abad ketiga sebelum Masehi.

Sebelum alfabet-alfabet ditemukan, manusia menggunakan gambar-gambar untuk merekam peristiwa-peristiwa atau menyampaikan gagasan-gagasan. Sebuah gambar dari beberapa kijang bertanduk dapat berarti “Ini adalah daerah pemburuan yang baik”. Jadi, ini sebenarnya adalah suatu bentuk penulisan. “Tulisan gambar” itu sangat dikembangkan oleh Bangsa-bangsa Babilonia, Mesir, dan Cina Kuno.

Lambat laun, tulisan gambar mengalami perubahan. Gambar, bukan hanya berarti obyek yang digambar, juga mewakili gagasan yang berhubungan dengan obyek yang digambar. Misalnya, gambar kaki mungkin menunjukkan kata kerja “berjalan”. Tingkat penulisan ini disebut “ideografik”, atau “tulisan gagasan”.

Kesulitan dengan jenis tulisan ini adalah bahwa pesan-pesan dapat ditafsirkan oleh orang yang berbeda-beda dengan cara yang berbeda-beda. Jadi, sedikit demi sedikit metode ini berubah. Lambang-lambang muncul untuk mewakili gabungan-gabungan suara. Misalnya, jika kata untuk “lengan” adalah “id”, gambar lengan berarti suara “id”. Tingkat penulisan ini dinamakan “tulisan berdasarkan suku kata”.

Bangsa-bangsa Babilonia, Cina dan Mesir tidak pernah mengalami tingkat penulisan ini. Bangsa Mesir benar-benar menyusun semacam alfabet dengan menyertakan 24 tanda di antara gambar-gambar mereka yang mengandung huruf-huruf atau kata-kata yang berbeda dari masing-masing satu konsonan. Tetapi mereka tidak menyadari nilai dari penemuan mereka.

Kira-kira 3.500 tahun yang lalu, orang-orang yang tinggal dekat pantai Mediterania bagian timur membuat langkah besar yang menuju pada alfabet kita. Mereka menyadari bahwa tanda yang sama dapat digunakan untuk suara yang sama dalam segala hal. Jadi, mereka menggunakan sejumlah terbatas tanda-tanda dengan cara ini dan tanda-tanda ini menjadi sebuah alfabet.

Perkembangan alfabet mereka digunakan oleh Bangsa Yahudi dan kemudian Bangsa Phoenix. Bangsa Phoenix membawa alfabet mereka kepada Bangsa Yunani. Bangsa Romawi mengambil alfabet Bangsa Yunani dengan beberapa perubahan dan tambahan dan meneruskannya kepada orang-orang Eropa bagian Barat dalam alfabet Latin. Dari sinilah asalnya alfabet yang kita gunakan sekarang.
script alphabet bangsa phoenix
Glagolitic alphabet

SJRAH HURUF

 SEJARAH HURUF A-Z

A
A adalah huruf pertama dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Inggris huruf ini dibaca [eɪː]; bentuk jamaknya aes.[1] Huruf ini berasal dari huruf Yunani Α (alfa) dan sering digunakan sebagai lambang vokal depan terbuka tak bulat. A juga sering digunakan sebagai indikasi sesuatu yang bermakna “awal” atau “terbaik”.
Berdasarkan sejarahnya. Huruf A dapat ditelusuri ke sebuah piktogram kepala seekor sapi jantan dalam hieroglif Mesir atau abjad Proto-Sinaitik.[2] Sekitar tahun 1600 SM huruf dalam abjad Fenisia mempunyai bentuk linear yang menjadi dasar bagi bentuk-bentuk berikutnya. Namanya tampaknya sangat erat berkaitan dengan alef dalam abjad Ibrani.
Ketika bangsa Yunani kuno mengadopsi abjad, mereka tidak menggunakan konsonan celah suara (bunyi hamzah) yang dikandung huruf ini dalam bahasa Fenisia dan bahasa-bahasa Semit lainnya, karena itu mereka menggunakan tanda ini untuk vokal /a/, dan mempertahankan namanya dengan perubahan kecil (alfa). Dalam prasasti-prasasti Yunani yang paling awal setelah Zaman Kekelaman Yunani, yang terjadi pada abad ke-8 SM, huruf ini dituliskan terbaring, tetapi dalam alfabet Yunani berikutnya, huruf ini pada umumnya mirip dengan huruf besar A modern, meskipun berbagai variasi setempat dapat dibedakan dengan memperpendek salah satu kakinya, atau dengan sudut tempat garis melintang diletakkan.
Bangsa Etruska membawa alfabet Yunani ke dalam peradaban mereka di Jazirah Italia dan membiarkan huruf ini tidak berubah. Kemudian orang-orang Romawi mengadopsi alfabet Etruska untuk menulis bahasa Latin, dan huruf yang dihasilkan kemudian dilestarikan dalam alfabet Latin modern yang digunakan untuk menulis banyak bahasa, termasuk bahasa Inggris.
Dalam bahasa Inggris, “a” biasanya melambangkan bunyi vokal depan hampir terbuka takbulat (IPA: /æ/; seperti pada kata pad), vokal belakang terbuka takbulat (IPA: /ɑː/; seperti pada kata father), atau diftong /eɪ/ seperti pada kata ace dan major, karena efek Pergeseran Vokal Besar-besaran.
Pada kebanyakan bahasa yang menggunakan sistem alfabet Latin, “a” melambangkan bunyi vokal depan terbuka takbulat (/a/). Dalam Alfabet Fonetik Internasional, variasi huruf “a” mengindikasikan berbagai vokal yang berbeda-beda pula. Dalam sistem X-SAMPA, huruf besar “A” menandakan vokal belakang terbuka takbulat dan huruf kecil “a” menandakan vokal depan terbuka takbulat.
“A” adalah huruf ketiga yang paling sering digunakan dalam bahasa Inggris, dan yang kedua terbanyak digunakan dalam bahasa Spanyol dan Perancis. Dalam suatu studi, rata-rata, sekitar 3.68% huruf yang digunakan dalam bahasa Inggris cenderung kepada ‹a›, sedangkan angka 6.22% untuk bahasa Spanyol dan 3.95% untuk bahasa Perancis.[3]
“A” seringkali digunakan untuk menunjukkan sesuatu atau seseorang dengan kualitas atau status yang lebih baik dan bergengsi: A-, A atau A+, hasil terbaik yang diberikan oleh guru/dosen kepada tugas siswa/mahasiswa; nilai A untuk restoran yang bersih, dsb.
B
B adalah huruf kedua dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Latin dan bahasa lain pada umumnya (termasuk bahasa Indonesia), huruf ini biasanya melambangkan konsonan dwibibir, khususnya fonem [b], konsonan letup dwibibir bersuara.
Berdasarkan sejarahnya. ‹B› berasal dari sebuah piktogram denah sebuah rumah dalam aksara hieroglif Mesir atau aksara Proto-Sinaitik. Sekitar tahun 1050 SM, huruf itu dikembangkan dalam abjad Fenisia menjadi bentuk linear dan bernama beth.
Dalam kebanyakan bahasa yang memakai alfabet Latin, huruf B menandakan konsonan letup dwibibir brsuara (/b/). Dalam bahasa Estonia, Islandia, dan juga transkripsi bahasa Tionghoa, B tidak bersuara, tetapi masih dibedakan dari huruf P, yang dipanjangkan menjadi /pp/ dalam bahasa Estonia, dan dihembuskan pula menjadi /pʰ/ dalam bahasa Tionghoa dan Islandia. Dalam bahasa Fiji, B dipranasalisasi menjadi /mb/, sementara dalam bahasa Zulu dan bahasa Xhosa menjadi konsonan letup-balik /ɓ/, berbanding dwihuruf Bh yang melambangkan /b/.
Bahasa Finlandia hanya memakai huruf b untuk kata pinjaman.
Dalam huruf IPA dan X-SAMPA, huruf /b/ menandakan konsonan letup dwibibir bersuara. Adanya bentuk variasi huruf b yang menandakan konsonan dwibir berkaitan, seperti konsonan letup-balik dwibibir bersuara dan konsonan getar dwibibir. Dalam X-SAMPA, huruf besar B menandakan konsonan desis dwibibir bersuara.
C
C adalah huruf ketiga dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Indonesia, huruf ini disebut ce sedangkan dalam bahasa Inggris disebut cee, dibaca [siː].[1] Dalam bahasa Latin, huruf ini melambang fonem /k/, konsonan letup langit-langit belakang tak bersuara, sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Melayu huruf ini melambangkan fonem /tʃ/, konsonan gesek pascarongga-gigi tak bersuara.
Berdasarkan sejarahnya. ‹C› dan ‹G› berasal dari huruf yang sama. Bangsa Semit menamakannya gimel (Arab: jim). Lambangnya diadaptasi dari hieroglif Mesir yang berbentuk umban tongkat, yang mungkin merupakan arti dari nama gimel itu sendiri. Kemungkinan lainnya adalah lambang itu menggambarkan unta, yang dalam rumpun bahasa Semit disebut gamal.
Dalam Bahasa Etruska, konsonan letup (eksplosif) tidak mempunyai penyuaraan kontrastif, jadi huruf Yunani Γ (Gamma) diadaptasi ke dalam alfabet Etruska untuk mewakili fonem /k/. Pun dalam Alfabet Yunani Barat, mulanya Gamma mengambil bentuk dalam alfabet Etruska Awal, kemudian dalam Etruska Klasik. Selanjutnya dalam bahasa Latin huruf itu mengambil bentuk C pada alfabet Latin klasik. Huruf Latin Awal menggunakan C untuk konsonan /k/ dan /ɡ/, tetapi selama abad ketiga SM, satu huruf yang diubah, telah diperkenalkan sebagai lambang bunyi /ɡ/, dan C sendiri ditetapkan untuk melambangkan bunyi /k/. Penggunaan huruf C (dan variasinya yaitu G) menggantikan sebagian besar penggunaan K dan Q. Oleh karena itu, pada masa kuno dan sesudahnya, G telah dikenal setara secara fonetik dengan Gamma, dan C sama dengan Kappa, dalam alih aksara kata-kata Yunani ke dalam ejaan Latin, seperti pada kata KA∆MOΣ, KYPOΣ, ΦΩKIΣ, dalam surat-surat Romawi ditulis CADMVS, CYRVS, PHOCIS.
Aksara lain mempunyai huruf-huruf mirip dengan bentuk C tetapi tidak sama dalam penggunaan dan asal mulanya, khususnya huruf Sirilik Es, yang berasal dari suatu bentuk huruf Yunani sigma, dikenali sebagai “lunar sigma” karena bentuknya menyerupai bulan sabit.
Ketika alfabet Romawi diperkenalkan di Britania Raya, C hanya melambangkan bunyi /k/ dan nilai huruf ini dipertahankan dalam kata serapan seluruh bahasa Keltik kepulauan: dalam bahasa Welsh, Irlandia, dan Gaelik, C melambangkan bunyi /k/. Penulisan bahasa Inggris Kuna atau “Anglo-Saxon” yang dipelajari dari bangsa Kelt, sesungguhnya dari Irlandia; maka dari itu C dalam bahasa Inggris Kuna juga pada mulanya melambangkan /k/; kata dalam bahasa Inggris Modern seperti kin, break, broken, thick, dan seek, semuanya berasal dari bahasa Inggris Kuna yang ditulis dengan C: cyn, brecan, brocen, Þicc, dan séoc. Tetapi selama periode bahasa Inggris Kuna, /k/ sebelum vokal depan (/e/ dan /i/) mengalami palatalisasi, berubah menjadi bunyi [tʃ] pada abad kesepuluh, meskipun C masih digunakan, seperti pada kata cir(i)ce, wrecc(e)a. Sementara itu di daratan benua Eropa, perubahan fonetik serupa juga terjadi (contohnya dalam bahasa Italia).
Dalam bahasa Latin Rakyat, /k/ dipalatalisasi menjadi [tʃ] di Italia and Dalmatia; di Perancis dan semenanjung Iberia, bunyinya menjadi [ts]. Meskipun demikian C masih digunakan sebelum vokal depan (E, I) dengan nilai bunyi yang berbeda. Kemudian, fonem /kʷ/ dalam bahasa Latin (ditulis sebagai QV) tidak terbibirkan sehingga menjadi bunyi /k/, berarti bahasa-bahasa Roman mengandung bunyi /k/ sebelum vokal depan. Di samping itu, bahasa Normandia menggunakan huruf Yunani K sehingga bunyi /k/ dapat dilambangkan oleh K maupun C, yang kemudian dapat melambangkan bunyi /k/ maupun /ts/ tergantung apakah mendahului vokal depan atau tidak. Kaidah menggunakan C dan K diterapkan pada penulisan bahasa Inggris setelah penaklukan Normandia, mengakibatkan pengejaan kembali kata-kata Inggris Kuna. Sementara ejaan kata candel, clif, corn, crop, cú, dalam bahsa Inggris Kuna masih lestari, Cent, cæ´ (cé´ ), cyng, brece, séoce, sekrang (tanpa perubahan bunyi) dieja Kent, keȝ, kyng, breke, dan seoke; bahkan kemudian cniht (knight) diubah menjadi kniht dan þic (thick) diubah thik atau thikk. Ejaan cw dalam Inggris Kuna teragntikan oleh qu dari bahasa Perancis sehingga kata cwén dan cwic menjadi queen dan quick.
Bunyi [tʃ] yang merupakan palatalisasi bunyi /k/ Inggris Kuna telah berkembang, juga muncul dalam bahasa Perancis, terutama seperti aturan /k/ sebelum ‹a› dalam bahasa Latin. Dalam bahasa Perancis bunyi itu ditulis Ch, seperti pada kata champ (dari bahasa Latin camp-um) dan pengejaan ini diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris. Dalam Injil Hatton, ditulis sekitar tahun 1160, tertulis pada Matius i-iii, child, chyld, riche, mychel, untuk kata cild, rice, mycel, dari versi Inggris Kuna yang disalin. Dalam hal ini, C dalam bahasa Inggris Kuno tergantikan oleh K, Qu, Ch, tetapi selain itu, C dengan nilai bunyi baru yaitu /ts/ sebagian besar datang dari kata-kata Perancis seperti processiun, emperice, grace, dan disubtitusikan untuk ejaan Ts dalam beberapa kata-kata Inggris Kuno, seperti miltse, bletsien, dan milce, blecien dalam bahasa Inggris Pertengahan.
Cetakan kisah drama tragedi Romeo dan Juliet pada tahun 1597 (abad ke-16), dengan ejaan yang menyerupai ejaan bahasa Inggris masa kini. Huruf C digunakan di tengah dan awal kata dengan nilai bunyi berbeda. Tidak ditemukan penggunaan huruf J karena digantikan oleh huruf I, demikian pula huruf V karena digantikan oleh huruf U, variasi huruf V.
Pada akhir abad ke-13 di Perancis dan Inggris, bunyi (konsonan gesek) /ts/ tidak tergesekkan sehingga menjadi bunyi /s/ (desis); dan semenjak itu C melambangkan bunyi /s/ sebelum vokal depan, baik secara etimologis, seperti pada lance, cent, atau (bertentangan dengan etimologi) untuk menghindari ambigu karena penggunaan “etimologis” S untuk bunyi /z/, seperti pada kata ace, mice, once, pence, defence. Maka untuk menunjukkan etimologi, ejaan bahasa Inggris lebih memilih penulisan advise, devise, daripada advize, devize, sementara advice, device, dice, ice, mice, twice, dan lain-lain tidak mencerminkan etimologi; contoh lebih lanjut adalah hence, pence, defence, dsb., yang tidak mengandung keperluan etimologis terhadap huruf C. Generasi sebelumnya juga menulis sence untuk kata sense. Maka dari itu, di masa kini rumpun bahasa Roman dan bahasa Inggris memiliki ciri umum yang diwarisi dari bahasa Latin Rakyat, yaitu C yang memiliki nilai bunyi “keras” ([k]) dan “lembut” (biasanya konsonan afrikat atau frikatif) tergantung vokal yang mengikutinya.
Dalam ortogafi bahasa Inggris, Perancis, Spanyol dan Portugis, C menandakan nilai “lembut” sebelum E atau I, dan selain itu melambangkan nilai “keras” dari bunyi /k/. Seperti beberapa hal lainnya yang bertentangan dengan ejaan bahasa Inggris, terdapat pula beberapa pengecualian: “soccer” dan “Celt” adalah kata-kata yang mengandung bunyi /k/.
Pelafalan nilai “lembut” berbeda-beda menurut bahasa. Dalam ortografi bahasa Inggris, Perancis, Portugis, dan Spanyol di Amerika Latin dan Spanyol Selatan, nilai bunyi C lembut adalah /s/. Dalam bahasa Spanyol yang dituturkan di Spanyol Utara dan Tengah, nilai bunyi C lembut adalah konsonan desis gigi tak bersuara (/θ/). Dalam bahasa Italia dan Romania, nilai C lembut adalah [tʃ], konsonan gesek pascarongga-gigi tak bersuara, seperti pelafalan C dalam bahasa Indonesia.
D
D adalah huruf keempat dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Indonesia disebut de (dibaca [ˈde]), sedangkan dalam bahasa Inggris dan Melayu disebut dee (dibaca [ˈdiː]). Dalam bahasa Latin dan bahasa Indonesia, huruf ini melambangkan fonem /d/, konsonan letup rongga-gigi bersuara.
Huruf Semitik Dâlet kemungkinan besar berkembang dari logogram yang bermakna “ikan” atau “pintu”. Terdapat berbagai hieroglif Mesir yang mungkin mengilhaminya. Dalam bahasa Semitik, Yunani Kuno, dan Latin, huruf ini melambangkan konsonan /d/; dalam huruf Etruska pula huruf ini seolah-olah tidak diperlukan, tetapi masih dilestarikan (lihat huruf B). Huruf Yunani yang setara dengannya adalah: Δ (besar) atau δ (kecil) (Delta).
Bentuk huruf kecil “d”, yang terdiri dari satu lekukan dan satu garis vertikal yang tinggi, berkembang dari perubahan bervariasi pada bentuk huruf besar “D”. Dalam penulisan pada zaman dahulu adalah suatu kelaziman untuk memulai lekukan pada kiri garis vertikal, sehingga menghasilkan suatu serif di atas lekukan itu. Serif ini disambung manakala bagian lain huruf ini dikurangi, menghasilkan suatu tangkai bersudut dan lengkungan. Kemudian tangkai bersudut ini berubah menjadi tangkai vertikal.
Dalam kebanyakan bahasa yang memakai alfabet Latin, huruf d melambangkan bunyi /d/, tetapi dalam alfabet bahasa Vietnam, huruf ini dibaca /z/ di utara dan /j/ (seperti “y” dalam “ya”) di selatan.
Dalam bahasa Jerman, huruf d berbunyi /d/ (konsonan letup rongga-gigi bersuara), tetapi berubah menjadi /t/ (konsonan letup rongga-gigi tak bersuara) jika di akhir kata.
Dalam bahasa Fiji, huruf ini melambangkan konsonan hambat pranasal /nd/.
Dalam beberapa bahasa yang mana konsonan hambat tak bersuara tanpa hembusan berlawanan dengan konsonan hambat tak bersuara berhembusan, d melambangkan /t/ tanpa hembusan, sementara t juga berbunyi /tʰ/ berhembusan. Contoh-contoh bahasa berkenaan meliputi bahasa Islandia, bahasa Gaelik Scot, bahasa Navajo, dan alih aksara pinyin untuk bahasa Mandarin.
Dalam angka Romawi, D memiliki nilai 500, berasal dari setengah ↀ (bernilai 1000; tapi di kemudian hari, M dipakai sebagai lambang 1000), sehingga D berarti 500 (angka) atau tahun 500.
E
E adalah huruf Latin yang kelima. Dalam bahasa Inggris, namanya dibaca [iː]. Huruf E paling banyak digunakan dalam bahasa Inggris.[1] Huruf ini biasanya melambangkan bunyi vokal tak bulat depan hampir tertutup.
Menurut sejarahnya E diperoleh dari huruf Yunani epsilon yang kira-kira identik bentuknya (Ε, ε) dan fungsinya. Menurut etimologi, huruf hê Semitik kemungkinan melambangkan bentuk manusia yang bersembahyang atau bersorak (hillul, ‘kegembiraan’), dan juga mungkin berdasarkan suatu hieroglif Mesir yang serupa bentuknya tetapi berbeda bunyi dan kegunaannya. Dalam abjad Semitik, huruf ini mewakili bunyi /h/ (dan /e/ dalam kata asing), dalam bahasa Yunani hê menjadi Εψιλον (Epsilon) yang mewakili bunyi /e/. Orang-orang Etruska dan Romawi Kuno juga menggunakan huruf ini sedemikian, maka munculah huruf Romawi “E”. Meskipun bahasa Inggris pertengahan menggunakan E sebagai lambang bunyi /e/ panjang dan pendek, oleh sebab Peralihan Vokal Besar-besaran, kegunaannya dalam bahasa Inggris agak berbeda. Bunyi /eː/ (dalam “me” atau “bee”) menjadi /iː/, sementara /e/ pendek (seperti bed) bertahan sebagai vokal madya.
Seperti huruf vokal Latin lainnya, ‹e› muncul dengan nilai bunyi yang panjang dan pendek. Pada mulanya perbedaan terletak pada panjangnya vokal, namun kemudian ‹e› pendek mewakili vokal /ɛ/. Dalam bahasa lainnya yang menggunakan ‹e›, huruf itu mewakili nilai bunyi yang berbeda-beda, kadangkala dengan tanda aksen untuk menegaskan perbedaan pelafalan (‹e ê é è ë ē ĕ ě ẽ ė ẹ ę ẻ›).
Dwihuruf dengan ‹e› sering ditemukan dalam berbagai bahasa untuk melambangkan diftong dan monoftong, seperti ‹ea› atau ‹ee› untuk /iː/ atau /eɪ/ dalam bahasa Inggris; ‹ei› untuk /aɪ/ dalam bahasa Jerman; dan ‹eu› untuk /ø/ dalam bahasa Prancis, /ɔɪ/ dalam bahasa Jerman, /ɯ/ dalam bahasa Korea, /ɤ/ dalam bahasa Sunda.
Dalam ilmu pasti seperti fisika dan kimia, huruf E digunakan untuk melambangkan tenaga (energy), terutama dalam rumus “E=mc2.
F
F adalah huruf Latin ke-6. Namanya dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan Melayu adalah ef, dibaca [ɛf]. Huruf ini sering digunakan untuk menandai bunyi konsonan desis bibir-gigi nirsuara.
Asal-usul huruf F bermula dari huruf Semitik vâv yang melambangkan bunyi /v/, dan kemungkinan mulanya menggambarkan “kait” atau “gada”. Huruf vâv mungkin juga terbentuk berdasarkan suatu hieroglif Mesir, yang menggambarkan “gada”:
Bentuk huruf Fenisia waw diserap ke dalam huruf Yunani sebagai huruf vokal, upsilon (yang menyerupai keturunannya, huruf Y, tetapi juga menjadi leluhur huruf-huruf U, V, dan W); dan juga dalam satu bentuk lain, yaitu huruf konsonan digamma yang menyerupai huruf F Romawi, tetapi diucapkan /w/ seperti dalam bahasa Fenisia. Kemudian, fonem /w/ tersebut pudar dari bahasa Yunani, lalu fungsi digamma sebagai angka saja.
Dalam bahasa Etruska, F juga diucapkan /w/. Pada akhirnya orang Etruska mengemukakan satu inovasi yaitu menggunakan dwihuruf FH untuk bunyi /f/, dan huruf F mewakili fonem /f/ saat orang Romawi menyerapnya (karena mereka sudah meminjam huruf U dari huruf Yunani upsilon untuk bunyi /w/). Huruf phi (Φ φ) juga menyamai bunyi /f/ dalam bahasa Yunani.
Huruf kecil f tidak boleh diidentikkan dengan huruf ſ, yaitu s panjang yang digunakan pada zaman dahulu. Contohnya, “sinfulness” ditulis “ſinfulneſs” apabila memakai huruf s panjang. Kegunaan huruf s panjang memudar menjelang akhir abad ke-19, kemungkinan untuk menghindari kekeliruan dengan huruf f.
G
Huruf G atau g adalah huruf ke-7 dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Indonesia dan Melayu, huruf G mewakili konsonan letup langit-langit belakang bersuara (/ɡ/). Huruf G juga digunakan dalam dwihuruf “ng” untuk konsonan sengau langit-langit belakang (/ŋ/). Dalam bahasa Inggris, huruf G digunakan untuk konsonan letup langit-langit belakang bersuara dan juga konsonan gesek pascarongga-gigi bersuara (/dʒ/).
Huruf G diperkenalkan pada zaman Latin Kuno sebagai suatu bentuk lain bagi huruf C untuk membedakan konsonan langit-langit belakang bersuara (/ɡ/) dengan yang tidak bersuara (/k/).
Orang pertama yang diketahui menulis huruf G ialah Spurius Carvilius Ruga, orang Romawi pertama yang membuka sekolah berbayar, dan mengajar sekitar 230 SM. Ketika itu, huruf K makin kurang dipakai, sedangkan huruf C yang mulanya mewakili bunyi /ɡ/ dan /k/ sebelum bunyi vokal terbuka, kemudian hanya mewakili bunyi /k/ dalam setiap kedudukan.
Penempatan G oleh Ruga menunjukkan bahwa susunan alfabet, yang berkaitan dengan nilai huruf itu sebagai angka Yunani, menarik perhatian pada abad ke-3 SM. Sampson (1985) berpendapat bahwa: “Jelas sekali bahwa susunan alfabet dirasakan sebagai perihal yang begitu konkrit sehingga suatu huruf baru boleh ditambah di tengah susunan hanya jika terdapat ‘ruangan’ setelah menggeser huruf yang lama.”[1] Menurut beberapa catatan, huruf ketujuh sebelumnya, yaitu Z, disingkirkan dari alfabet Latin pada awal abad ke-3 SM oleh seorang censor Romawi, Appius Claudius, yang merasa huruf itu asing dan tidak penting.[2]
Tidak lama kemudian, kedua konsonan langit-langit belakang /k/ dan /ɡ/ mengalami proses palatalisasi dan alofon sebelum vokal di depan; maka dari itu, huruf C dan G mempunyai nilai bunyi berbeda dalam rumpun bahasa Roman, serta juga bahasa Inggris (akibat pengaruh bahasa Perancis).
Huruf g kecil mempunyai dua bentuk dasar yang berlainan: “g berekor terbuka” dan “g berekor melingkar” .
Bahasa non-Roman biasanya menggunakan ‹g› untuk melambangkan bunyi /ɡ/ tanpa mempedulikan posisi. Di antara bahasa-bahasa Eropa, bahasa Belanda adalah pengecualian karena tidak mengandung bunyi /ɡ/ dalam kosakata aslinya, sebaliknya ‹g› melambangkan bunyi konsonan desis langit-langit belakang bersuara (IPA: /ɣ/), bunyi yang tidak ada dalam bahasa Inggris Modern. Bahasa Faroe menggunakan ‹g› untuk melambangkan /dʒ/, selain /g/, dan juga menggunakannya untuk mengindikasikan bunyi semivokal.
Nilai lembut dari pengucapan ‹g› berbeda-beda dalam rumpun bahasa Roman (/ʒ/ dalam bahasa Perancis dan Portugis; [(d)ʑ] dalam Katalan; /d͡ʒ/ dalam bahasa Italia dan Romania; dan /x/ dalam bahasa Spanyol dialek Castilla, /h/ dalam dialek bahasa Spanyol lainnya). Dalam rumpun bahasa tersebut, kecuali Italia dan Romania, pelafalan “G lembut” sama seperti pelafalan huruf J dalam bahasa bersangkutan.
Dalam bahasa Inggris, huruf G dapat melambangkan konsonan gesek pascarongga-gigi bersuara (IPA: /dʒ/; “G lembut”), seperti pada kata giant, ginger, dan geology; atau konsonan letup langit-langit belakang bersuara (IPA: /ɡ/; “G keras”), seperti pada kata goose, gargoyle, dan game. Dalam beberapa kata yang berasal dari bahasa Perancis, “G lembut” dilafalkan sebagai konsonan desis (/ʒ/), seperti pada kata rouge, beige, dan genre. Pada umumnya, ‹g› diucapkan lembut sebelum ‹e›, ‹i›, dan ‹y› pada kata-kata yang berasal dari bahasa Roman, selain itu menggunakan “G keras”; ada banyak kosakata Inggris yang tidak berasal dari bahasa Roman yang menggunakan “G keras” tanpa mengacuhkan posisi (contohnya get), dan tiga kata (gaol, margarine, algae) yang diucapkan lembut sebelum huruf hidup ‹a›.
Beberapa dwihuruf yang mengandung G umum dijumpai dalam bahasa Inggris. Dwihuruf ‹gh› yang muncul setelah penggunaan yogh dihapuskan dari alfabet, mengambil nilai bunyi yang berbeda-beda meliputi /ɡ/, /ɣ/, /x/, dan /j/. Dwihuruf itu kini mengandung banyak nilai bunyi, termasuk bunyi /f/ dalam kata enough, /ɡ/ dalam kata serapan seperti spaghetti, dan sebagai indikator pengucapan bunyi panjang dalam ejaan kata-kata seperti eight dan night. ‹Gn› dengan nilai bunyi /nj/ juga umum terdapat dalam kata serapan, seperti kata lasagna (meskipun pada awal kata, seperti gnome, huruf ‹g› tidak diucapkan).
Dalam bahasa Italia dan Romania, ‹gh› digunakan untuk melambangkan bunyi /ɡ/ sebelum vokal depan, selain ‹g› sebagai lambang bunyi lembut. Dalam bahasa Italia dan Perancis, ‹gn› digunakan untuk melambangkan bunyi konsonan sengau langit-langit /ɲ/, bunyi yang dilambangkan oleh dwihuruf ‹ny› pada kata nyamuk dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Italia, trihuruf ‹gli›, saat ditulis sebelum huruf hidup, konsonan hampiran-sisi langit-langit /ʎ/; dalam artikula tertentu dan kata ganti gli (IPA: /ʎi/), dwihuruf ‹gl› melambangkan bunyi yang sama.
Huruf G juga digunakan sebagai bahasa gaul untuk kata Gangster atau Gangsta, biasanya digunaka pada frasa seperti My grand dad is a ‘G’ (kakekku seorang Gangster).
Dalam kebanyakan bahasa, seperti bahasa Denmark, Filipino, Indonesia, Inggris, Maori (Te Reo Māori), Melayu, dan Vietnam, ‹g› dikombinasikan membentuk dwihuruf ‹ng› agar melambangkan konsonan sengau langit-langit belakang /ŋ/ dan dilafalkan seperti ‹ng› pada kata “tong”.
G juga digunakan dalam ilmu pasti. Dalam Fisika, G adalah simbol konstanta gravitasi, sedangkan g adalah simbol percepatan gravitasi. G merupakan singkatan dari prefiks Giga yang berarti 1.000.000.000. Dalam Sistem Satuan Internasional, g adalah singkatan dari unit massa: gram.
H
H adalah huruf ke-8 dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Indonesia, huruf ini disebut ha. Dalam bahasa Inggris, huruf ini disebut aitch (jamak: aitches), dibaca /ˈeɪtʃ/ atau /ˈheɪtʃ/. Huruf ini biasanya melambangkan konsonan desis celah suara nirsuara.
Huruf Semitik ח (ḥêṯ) kemungkinan besar melambangkan konsonan desis hulu kerongkongan tak bersuara (/ħ/). Bentuk huruf ini mungkin berarti pagar. Alfabet Yunani H awal berbunyi /h/, tetapi lama-kelamaan menjadi huruf vokal eta (Η, η) yang berbunyi /ɛː/ (dalam bahasa Yunani modern, fonem ini bergabung dengan /i/.)
Bahasa Etruska dan bahasa Latin pernah memiliki fonem /h/, namum hampir semua rumpun bahasa Roman kehilangan bunyi itu. Kemudian bahasa Romania meminjam fonem /h/ dari bahasa-bahasa Slavia di dekatnya, dan bahasa Spanyol mengembangkan bunyi /h/ sekunder dari /f/ sebelum kehilangan bunyi itu lagi, sementara beberapa dialek bahasa Spanyol memakai /h/ sebagai alofon /s/ di beberapa wilayah yang memakai bahasa tersebut.
Dalam Alfabet Fonetik Internasional, simbol ini digunakan untuk mewakili dua bunyi. Huruf kecilnya, [h], mewakili konsonan desis celah suara tak bersuara atau ‘berhembus’, dan huruf besar yang dikecilkan, [ʜ], melambangkan konsonan desis katup napas tak bersuara.
H juga digunakan dalam ilmu pasti. Dalam kimia, H adalah simbol kimia untuk Hidrogen. H adalah simbol konstanta Hubble (huruf besar) dan ketinggian/kedalaman (huruf kecil) dalam fisika.
H juga merupakan singkatan dari unit induktansi dalam sistem Satuan Internasional: henry.
I
Huruf I atau i adalah huruf ke-9 dalam alfabet Latin. I merupakan lambang angka 1 (satu) atau tahun 1 dalam angka Romawi.
Dalam rumpun bahasa Semit, huruf Yôdh mungkin berasal dari suatu piktogram untuk “lengan” dan “tangan”, berasal dari hieroglif serupa yang membawa nilai konsonan desis hulu kerongkongan bersuara (/ʕ/) dalam bahasa Mesir, tetapi dialihkan ke /j/ (seperti y pada kata “ya”) oleh orang-orang Semit, karena kata Semit untuk “lengan” diawali dengan bunyi itu. Huruf ini juga boleh digunakan untuk bunyi vokal /i/, terutama dalam kata asing.
Orang Yunani menerima suatu bentuk yodh Fenisia ini sebagai huruf iota (Ι, ι) mereka untuk bunyi vokal /i/, begitu juga dalam alfabet Italik Kuno. Dalam bahasa Latin (seperti dalam bahasa Yunani Modern), huruf ini juga dipakai untuk bunyi konsonan /j/. Huruf J modern mulanya merupakan bentuk variasi bagi huruf ini, dan keduanya dapat digunakan bergantian untuk vokal dan konsonan, sehingga akhirnya dibedakan pada abad ke-16.
Detail crucifix Yesus dengan tulisan INRI yang merupakan singkatan dari Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum. Huruf I dipakai sebagai lambang konsonan /j/ karena huruf J maupun Y belum tercipta.
Dalam berbagai bahasa, huruf I biasanya melambangkan vokal depan tertutup takbulat (/i/). Pada mulanya dipakai untuk bunyi konsonan hampiran langit-langit (simbol IPA: [j]; contohnya ejaan Latin Kuno untuk Yesus: Iesus atau Iesvs, karena dulu huruf J dan U belum tercipta), tetapi kemudian bunyi /j/ dilambangkan oleh huruf J dan Y.
Dalam bahasa Inggris modern, I melambangkan berbagai bunyi berbeda, terutama diftong “panjang” /aɪ/ yang berkembang dari /iː/ bahasa Inggris Pertengahan setelah Peralihan Vokal Besar-besaran pada abad ke-15, serta juga vokal “pendek” terbuka /ɪ/ seperti pada kata bill. Titik pada atas ‘i’ kecil kadangkala dipanggil tittle.
Dalam alfabet Turki, I bertitik dan tanpa titik dianggap sebagai huruf yang berbeda dan keduanya mempunyai bentuk huruf besar (I, İ) dan kecil (ı, i).
Beberapa jenis huruf Jerman seperti fraktur atau schwabacher, yang tak terpakai lagi semenjak akhir Perang Dunia II, tidak terlalu membedakan bentuk huruf besar I dan J. Karakter yang sama, sebuah ‘J’ dengan serif di atasnya berbentuk tilde, kadangkala digunakan untuk keduanya, tetapi huruf kecil i dan j masih dibedakan.
Huruf I digunakan pula dalam ilmu pasti. I merupakan simbol kimia untuk Yodium (Iodium). Dalam fisika, I adalah simbol arus listrik.
J
J adalah huruf kesepuluh dalam alfabet Latin, dan huruf terakhir yang ditambah dalam kalangan 26 huruf. Namanya adalah je, dibaca [dʒeɪ].
J asalnya merupakan bentuk lain huruf I, sedangkan huruf I berasal dari huruf iota Yunani. Bentuk huruf kecil j digunakan pada Abad Pertengahan untuk mengakhiri angka Romawi menggantikan i. Penggunaan yang berbeda diawali dalam bahasa Jerman Hulu Pertengahan.[1] Petrus Ramus (d. 1572) menjadi orang pertama yang secara jelas membedakan I dan J sebagai lambang bunyi yang berbeda. Mulanya, kedua huruf I dan J melambangkan /i/, /iː/, dan /j/; tetapi rumpun bahasa Roman mengembangkan bunyi-bunyi baru (dari /j/ dan /g/) yang menjadi bunyi-bunyi lambang I dan J; oleh itu, J bahasa Inggris (dari J Perancis, dan akhirnya dipakai dalam Indonesia) agak berbeda bunyinya dari [j]*
Koin emas dari Italia (abad ke-15 M), bergambar Yohanes Pembaptis dengan tulisan S Iohannes B di sekelilingnya. Huruf I digunakan karena pada masa itu huruf J maupun Y belum tercipta.
Semua bahasa Jermanik kecuali Inggris, Skotlandia dan Luksemburg menggunakan J untuk /j/; begitu juga dalam bahasa Albania, serta rumpun bahasa Ural dan Slavia yang memakai alfabet Romawi, seperti bahasa Hongaria, Finlandia, Estonia, Polandia, Ceko, dan Slowakia. Sebagian bahasa dalam rumpun ini, seperti bahasa Serbia, turut menyerap J ke dalam abjad Sirilik untuk tujuan yang sama. Oleh karena itulah, huruf kecilnya dipilih sebagai lambang fonetik IPA untuk [j]* (seperti “y” dalam “ya”).
Penggunaan J sebagai lambang konsonan gesek pascarongga-gigi (/dʒ/) terdapat dalam bahasa Igbo, Indonesia, Melayu, Shona, Somali, Oromo dan Zulu. Bahasa Inggris menggunakannya pada beberapa kata, misalnya kata jam (dibaca [d͡ʒæm]).
Dalam bahasa Basque, diafonem yang dilambangkan oleh j dilafalkan berbeda-beda menurut dialek: [j], [ʝ], [ɟ], [ʒ], [ʃ], [x] (yang terakhir umum digunakan di País Vasco).
Dalam bahasa Indonesia, J awalnya melambangkan /j/, konsonan hampiran langit-langit. Sejak tahun 1972, bunyi tersebut digantikan dengan Y dan huruf J digunakan untuk melambangkan /dʒ/.
Dalam ejaan standar bahasa Italia modern, hanya kata dari bahasa Latin, nama diri (seperti Jesi, Letojanni, Juventus, dsb.) atau kata dari bahasa asing yang memakai J. Sampai abad ke-19, J cenderung digunakan daripada I dalam diftong, sebagai pengganti akhiran -ii, dan dalam kelompok vokal (seperti pada kata Savoja); aturan ini cukup ketat dalam pedoman ejaan resmi. J juga digunakan untuk menyerap bunyi /j/ dalam dialek, misalnya ajo dalam bahasa Romanesque menjadi aglio (–/ʎ/–). Novelis Italia Luigi Pirandello menggunakan J pada kelompok vokal dalam karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Italia; ia juga menulis bahasa ibunya, bahasa Sicilia dengan tetap mempertahankan penggunaan J.
Dalam bahasa Spanyol, J melambangkan /x/ atau /h/ (yang berkembang dari konsonan gesek /dʒ/), serupa dengan bunyi “h” atau “kh” Indonesia.
Dalam bahasa Perancis, Portugis dan Rumania, huruf J mulanya berbunyi /dʒ/ tetapi kini berubah menjadi /ʒ/ (seperti pada kata measure bahasa Inggris).
Dalam bahasa Turki, Azerbaijan dan Tatar, huruf J umumnya melambangkan bunyi /ʒ/.
“J” ialah satu-satunya huruf yang tidak ditemukan dalam sistem periodik unsur (namun Jl pernah digunakan untuk mewakili joliotium, dan J sendiri pernah dipakai untuk yodium[2]).
K
K adalah huruf ke-11 dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Indonesia, namanya disebut ka; dalam bahasa Inggris disebut kay, dibaca [ˈkɛɪ].
Huruf K berasal dari huruf Κ (kapa) Yunani, yang diambil dari huruf kap dalam abjad bahasa Semitik, yang berbentuk lambang tangan terbuka.[1] Huruf kap itu mungkin dipinjam oleh kaum Semit yang tinggal di Mesir dari hieroglif bentuk “tangan” yang melambangkan bunyi /d/ pada kata “tangan” dalam bahasa Mesir Kuno, yaitu d-r-t. Orang Semit menetapkan bunyi /k/ untuk huruf ini karena kata “tangan” dalam bahasa mereka diawali dengan bunyi tersebut.[2]
Pada prasasti kuno berbahasa Latin, huruf C, K dan Q dipakai untuk melambangkan bunyi /k/ dan /g/ (yang tidak dibedakan dalam penulisan). Dalam hal ini, Q digunakan untuk melambangkan /k/ atau /g/ sebelum vokal bulat, K sebelum /a/, dan C selain itu. Kemudian, penggunaan C (dan G sebagai variannya) menggantikan banyak penggunaan K dan Q. K tersisa hanya pada beberapa ejaan yang ketinggalan zaman seperti Kalendae, ‘hari pertama tiap bulan’.[3]
Ketika kata-kata Yunani diserap ke dalam bahasa Latin, huruf Kapa diubah menjadi C, dengan beberapa pengecualian seperti praenomen Kaeso.[1] Beberapa kata dari alfabet lainnya juga dialihaksarakan menjadi C. Maka dari itu, rumpun bahasa Roman hanya mengandung K pada kata-kata dari bahasa lain. Rumpun bahasa Keltik juga cenderung menggunakan C daripada K, dan pengaruh tersebut terbawa ke dalam bahasa Inggris Kuno. Di masa kini, bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa dari rumpun bahasa Germanik yang giat menggunakan huruf C keras di samping huruf K (walaupun bahasa Belanda juga memakai huruf C dalam kata pinjaman bahasa Latin serta mengikuti hukum pembedaan “lembut keras” dalam kata-kata tersebut, begitu pula bahasa Perancis dan Inggris, tetapi tidak bagi kosakata Belanda asli).
Beberapa ahli bahasa Inggris cenderung membalikkan proses alih aksara Latin bagi kata-kata khas Yunani, misalnya mengeja Hecate menjadi “Hekate”. Penulisan bahasa-bahasa yang tidak memiliki sistem tulisan sendiri sehingga menggunakan alfabet Latin biasanya memilih K untuk bunyi /k/, seperti Kwakiutl.
Dalam Alfabet Fonetik Internasional, [k] merupakan lambang konsonan letup langit-langit belakang nirsuara.
Beberapa aksara lain juga menunjukkan aksara bersudut tajam yang menandakan bunyi /k/ atau suku kata yang bermula dengan bunyi /k/, contohnya: ك Arab, כ Ibrani, dan ㄱ Korea. Hubungan fonetik-visual seperti ini pernah dikaji oleh Wolfgang Köhler. Bagaimanapun, banyak juga contoh-contoh huruf berbunyi /k/, seperti ค dalam aksara Thai dan Ք dalam alfabet Armenia.
L
L adalah huruf ke-12 dalam alfabet Latin. Huruf ini disebut el, dibaca [ɛl]. Huruf L berasal dari bentuk huruf Semitik “tongkat” atau “kambing” yang mewakili bunyi /l/. Ini mungkin berdasarkan hieroglif Mesir yang telah diadaptasi oleh orang Semit untuk tujuan penulisan. Huruf Yunani Lambda Λ (huruf besar) atau λ (huruf kecil), yang juga merupakan huruf Etruska serta Latin, mewakili bunyi yang sama sebagaimana huruf Semitik tersebut.
Dalam bahasa Inggris, L memiliki beberapa nilai, tergantung kemunculannya sebelum atau setelah huruf hidup. Bunyi konsonan hampiran-sisi rongga-gigi (bunyi yang dilambangkan oleh Alfabet Fonetik Internasional sebagai “L” kecil) diucapkan bila mendahului vokal, seperti pada kata lip atau please, sementara bunyi hampiran-sisi rongga-gigi tervelarisasi (IPA: [ɫ]) dilafalkan pada kata bell dan milk. Velarisasi ini tidak muncul pada banyak bahasa-bahasa Eropa yang menggunakan L; itu juga merupakan faktor yang membuat pelafalan L menjadi sulit bagi pengguna bahasa yang tidak memiliki, atau memiliki nilai bunyi berbeda, untuk L^, eperti pada bahasa Jepang atau bahasa Tionghoa dialek selatan.
L dapat muncul sebelum hampir setiap bunyi letup, desis, atau gesek dalam bahasa Inggris. Dwihuruf umum seperti LL, yang memiliki nilai sama seperti L dalam bahasa Inggris, namun memiliki nilai berbeda yaitu konsonan desis-sisi ronga-gigi tak bersuara (IPA: /ɬ/) dalam bahasa Welsh, yang muncul pada awal kata.
Bunyi hampiran-sisi langit-langit atau L palatal (IPA: /ʎ/) muncul dalam berbagai bahasa, dan dilambangkan dengan GL dalam bahasa Italia, LL dalam bahasa Spanyol dan Katalan, LH dalam Portugis, dan Ļ dalam Latvia.
L adalah lambang angka 50 (lima puluh) atau tahun 50 dalam angka Romawi.
L juga digunakan dalam ilmu pasti. Dalam fisika, L adalah simbol panjang. L singkatan dari unit volume dalam sistem Satuan Internasional: liter.
M
M adalah huruf Latin modern yang ke-13. Namanya em, dibaca [ɛm]. Bentuk huruf M berasal dari huruf Fenisia Mem, melalui huruf Yunani Mu (Μ, μ). Huruf Mem Semitik kemungkinan besar melambangkan air. Diketahui bahawa masyarakat Semit yang hidup di Mesir kira-kira 2000 SM mengadaptasi hierogif “air” yang mulanya melambangkan konsonan sengau rongga-gigi (/n/), karena kata Mesir untuk “air” berbunyi “n-t”. Simbol itu dijadikan huruf M dalam bahasa Semitik, karena kata air dalam bahasa mereka diawali dengan bunyi tersebut.
Huruf M melambangkan bunyi konsonan sengau dwibibir (m), baik dalam bahasa klasik maupun modern. Dalam Alfabet Fonetik Internasional, huruf M kecil melambangkan konsonan sengau dwibibir, sedangkan variasi bentuknya (ɱ) melambangkan konsonan sengau bibir-gigi. Kamus Bahasa Inggris Oxford (edisi pertama) menyatakan bahawa huruf ‘m’ kadangkala berbunyi vokal dalam kata seperti spasm dan akhiran -ism. Dalam istilah modern, penggunaan demikian diuraikan sebagai konsonan suku ([m̩]).
N
N adalah huruf Latin yang ke-14. Namanya disebut en (dibaca [ɛn]). Salah satu hieroglif berupa ular di Mesir Kuno digunakan untuk melambangkan bunyi huruf J seperti dalam kata “jari”, karena perkataan Mesir bagi “ular” berbunyi djet. Dipercaya bahwa bangsa Semit di Mesir menyesuaikan hieroglif untuk menciptakan abjad pertama, dan maka dari itu menggunakan lambang ular bagi bunyi /n/, karena kata “ular” dalam bahasa mereka mungkin sekali diawali dengan konsonan tersebut, namun nama huruf ini dalam abjad Fenisia, Ibrani, Aramea dan Arab berbunyi nun, yaitu “ikan” dalam beberapa bahasa tersebut. Huruf ini berbunyi /n/, seperti dalam alfabet Yunani, Etruska, Latin dan semua bahasa di masa sekarang.
N berfungsi sebagai konsonan sengau gigi atau konsonan sengau rongga-gigi dalam hampir semua bahasa yang memakai alfabet. Dalam Alfabet Fonetik Internasional, huruf kecil [n] melambangkan konsonan sengau rongga-gigi. Huruf besar N yang dikecilkan ([ɴ]) melambangkan bunyi konsonan sengau tekak.
Salah satu dwihuruf yang menyertakan huruf adalah , yang menghasilkan konsonan sengau langit-langit belakang (dibaca [ŋ]), seperti pada kata “sengau”. Dalam bahasa Inggris, n biasanya tidak diucapkan saat diikuti oleh m, dalam kata seperti hymn (meskipun dilafalkan pada kata damnation). Pada beberapa kata, n dapat melambangkan bunyi konsonan sengau langit-langit belakang, contohnya kata think (dibaca [θɪŋk]) dan bank (dibaca [bæŋk]).
n adalah huruf kedua yang paling sering dipakai dalam bahasa Inggris. Yang pertama adalah t. Dalam beberapa bahasa seperti Italia dan Perancis, melambangkan konsonan sengau langit-langit (/ɲ/). Ejaan Portugis untuk bunyi tersebut adalah, sementara dalam bahasa Spanyol dan beberapa bahasa lainnya menggunakan tanda istimewa (n dengan tanda tilda di atasnya).
O
O adalah huruf Latin modern yang ke-15, disebut o. Dalam bahasa Indonesia dibaca [o], sedangkan dalam bahasa Inggris diucapkan sebagai diftong [ˈoʊ], bentuk jamaknya oes.[1] Biasanya huruf ini melambangkan bunyi vokal belakang setengah tertutup bulat. Dalam beberapa bahasa, ortografi masing-masing bahasa membuat nilai fonetik huruf ini berbeda-beda, seperti “eo” dalam bahasa Korea untuk bunyi [ʌ] (vokal belakang setengah terbuka takbulat); “oe” dalam bahasa Belanda untuk bunyi [u] (vokal belakang tertutup bulat).
Huruf O berasal dari huruf Semitik `Ayin (mata) yang melambangkan konsonan, kemungkinan konsonan desis hulu kerongkongan bersuara (ʕ), yang juga dilambangkan oleh huruf Arab ع (`Ayn). Huruf Semitik dalam bentuk asalnya nampaknya diilhami oleh bentuk hieroglif Mesir untuk “mata”.
Bangsa Yunani mengadakan inovasi huruf; oleh sebab tiadanya konsonan hulu kerongkongan, maka mereka meminjam huruf ini menjadi huruf omikron untuk melambangkan bunyi /o/, yaitu bunyi yang kemudian ditetapkan untuk huruf ini dalam bahasa Etruska dan Latin. Dalam tulisan Yunani, wujud huruf ini berlainan untuk membedakan bunyi o panjang (Omega, “O besar”) dengan o kecil (Omikron, “o kecil”).
Huruf O paling banyak dikaitkan dengan vokal belakang setengah tertutup bulat [o] dalam berbagai bahasa. Bentuk ini disebut long o ‘o panjang’ dalam bahasa Inggris, tetapi huruf o ini berbunyi diftong ([əʊ]); di Amerika pula [oʊ].
Dalam bahasa Inggris juga ada short O, ‘o pendek’ dengan berbagai pelafalan. Dalam kebanyakan dialek Britania Raya, huruf ini diucapkan sebagai vokal belakang terbuka bulat [ɒ]; di Amerika Utara diucapkan antara bunyi vokal belakang atau tengah tak bulat, baik [ɒ], [ɑː] maupun [a] bergantung pada dialek daerah.
Dwihuruf umum seperti OO, melambangkan bunyi /ʊ/ atau /uː/; OI biasanya melambangkan diftong /ɔɪ/; dan OA, OE, dan OU melambangkan berbagai pelafalan tergantung konteks dan etimologi.
Berbagai bahasa menggunakan O dengan nilai yang berbeda, biasanya sebagai lambang vokal belakang. Huruf pinjaman seperti Ö dan Ø diciptakan untuk sistem tulisan pada beberapa bahasa untuk membedakan bunyi vokal yang tidak dilambangkan oleh huruf Latin dan Yunani, khususnya vokal depan bulat.
Dalam IPA, [o] melambangkan vokal belakang setengah tertutup bulat.
P
P adalah huruf Latin modern yang ke-16. Dalam bahasa Indonesia disebut pe, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut pee (dibaca [ˈpiː]).
Huruf P berasal dari huruf Proto-Semitik Pi’t yang berarti “mulut”, yang juga menurunkan huruf Fenisia pe, serta huruf-huruf Yunani (Pi) dan Etruska yang berkembang dari huruf Fenisia tersebut. Semuanya melambangkan bunyi /p/, yaitu konsonan letup dwibibir nirsuara.
Bangsa Etruska mengadaptasi alfabet Yunani dan mengubah beberapa bentuk hurufnya, termasuk Pi yang melambangkan bunyi /p/. Lengkungan pada huruf P Etruska tidak tertutup, dan pada beberapa variasi, lengkungan itu justru tertutup; variasi bentuk tertutup tersebut juga merupakan lambang bunyi /r/ dalam alfabet Etruska. Bangsa Romawi mengadaptasinya dan menetapkan bentuknya sebagai P, sehingga menyerupai bentuk huruf R dalam alfabet Etruska dan huruf Ro dalam alfabet Yunani. Meskipun demikian, nilai bunyinya berbeda. Untuk melambangkan bunyi /r/, akhirnya bentuk varian dari Ro dengan garis diagonal ( ) diadaptasi menjadi huruf R oleh bangsa Romawi.
Dalam bahasa Indonesia, Melayu, Inggris dan berbagai bahasa yang memakai alfabet Latin, huruf P melambangkan bunyi konsonan letup dwibibir nirsuara.
Satu dwihuruf dalam bahasa Inggris dan Perancis yang melibatkan huruf P ialah “ph” yang menandakan bunyi konsonan desis bibir-gigi nirsuara /f/, dan digunakan untuk mengalihaksarakan huruf Phi (φ) dalam kata-kata pinjaman bahasa Yunani. Dalam bahasa Jerman, dwihuruf “pf” yang menandakan konsonan gesek bibir /pf/ kerap dijumpai.
Penutur bahasa Arab tidak biasa menyebut bunyi /p/ karena dalam bahasa mereka tidak ada bunyi konsonan ini; sebaliknya mereka cenderung menyebutnya seperti /b/ atau /v/.
Q
Q adalah huruf ke-17 dalam alfabet Latin. Dalam bahasa Indonesia, namanya ki; dalam bahasa Inggris disebut cue (dibaca [ˈkjuː]) sedangkan dalam Bahasa Melayu ialah kyu. Nilai bunyi huruf Semitik Qôp (mungkin pada mulanya qaw ‘gulungan tali’, dan mungkin berdasarkan kepada hieroglif Mesir) adalah /q/ (konsonan letup tekak nirsuara), suatu bunyi biasa untuk rumpun bahasa Semit, tetapi tidak dijumpai dalam bahasa Inggris atau Indo-Eropa lainnya. Dalam bahasa Yunani, tanda itu diserap sebagai Qoppa Ϙ, mungkin melambangkan beberapa konsonan letup langit-langit terbibirkan, di antaranya adalah /kʷ/ dan /kʷʰ/. Hasil dari pergeseran bunyi di kemudian hari, membuat bunyi-bunyi ini dalam Bahasa Yunani berubah menjadi /p/ dan /pʰ/. Oleh karena itu, Qoppa telah diubah ke dalam dua huruf: Qoppa, yang hanya untuk bilangan; dan Phi Φ yang digunakan untuk konsonan aspirasi /pʰ/ dan disebut sebagai /f/ dalam Bahasa Yunani Modern. Orang Etruska menggunakan Q bersamaan dengan V untuk mewakili /kʷ/.
R
R adalah huruf Latin modern yang ke-18. Dalam bahasa Indonesia disebut er, dibaca [ɛr], sedangkan dalam bahasa Inggris disebut ar (dibaca [ɑr]).
Bentuk huruf Semitik asalnya mungkin diilhami dari hieroglif Mesir yang berarti “kepala”, disebut t-p dalam bahasa Mesir Kuno, tetapi dipinjam oleh orang Semit untuk lambang bunyi /r/ karena dalam bahasa mereka, kata “kepala” berbunyi Rêš (akhirnya menjadi nama hurufnya). Huruf tersebut berkembang menjadi Ρ ῥῶ (Rhô) Yunani dan R Latin. Kemungkinan beberapa bentuk huruf tersebut dalam bahasa Etruska dan Yunani Barat dibubuhi satu garis lagi agar berbeda bentuknya dari huruf P sekarang.
Bangsa Romawi mengadaptasi huruf P Etruska menjadi bentuk P yang sekarang, sedangkan bentuk P mirip sekali dengan huruf R dalam alfabet Etruska dan Yunani. Untuk membedakannya, maka bangsa Romawi menciptakan huruf R yang mirip dengan variasi huruf R dalam alfabet Etruska dan ro dalam alfabet Yunani, yaitu dengan garis diagonal di bawah lekukannya.
Dalam Alfabet Fonetik Internasional (AFI), simbol [r] menandakan bunyi konsonan getar rongga-gigi. Variasi bentuk [r] dalam AFI digunakan untuk melambangkan konsonan getar dan rhotik lainnya. Beberapa bahasa memakai huruf r menurut ortografi (atau skema alih aksara Latin) masing-masing, baik sebagai konsonan getar maupun konsonan rhotik.
S
S adalah huruf ke-19 dalam alfabet Latin. Huruf ini disebut es, dibaca [ɛs].
Huruf Syin (“gigi”) dari rumpun bahasa Semit pernah melambangkan konsonan desis pascarongga-gigi nirsuara /ʃ/ (seperti dalam kata syarat). Bentuk asalnya mungkin menggambarkan gigi atau buah dada. Bahasa Yunani tidak mengandung bunyi /ʃ/ tersebut, maka huruf sigma (Σ) digunakan untuk mewakili /s/. Nama “sigma” barangkali diambil dari huruf Semitik “Sâmek” (ikan; tulang belakang) dan bukan “Šîn”. Dalam bahasa Etruska dan Latin, nilai bunyi [s] ditetapkan, dan hanya dalam bahasa modernlah huruf ini dipakai untuk mewakili bunyi lain, seperti konsonan desis pascarongga-gigi nirsuara [ʃ] dalam bahasa Hongaria dan Jerman (sebelum p, t), atau konsonan desis rongga-gigi bersuara [z] dalam bahasa Inggris (rise, ‘bangun’), Perancis (lisez, ‘baca’) dan Jerman (lesen, ‘membaca’).
Pada masa dahulu, suatu bentuk alternatif bagi s, yaitu ſ (s panjang), digunakan pada permulaan atau pertengahan kata dalam bahasa-bahasa Eropa tertentu; bentuk terkininya, s spendek, digunakan pada akhir perkataan. Contonhya, sinfulness (“penuh dosa”) ditulis ſinfulneſs menggunakan s panjang itu. Penggunaan long s merosot menjelang awal abad ke-19, untuk mengurangi kekeliruan dengan huruf f kecil. Ligatur “ſs” (atau “ſz”) dalam bahasa Jerman menjadi ess-tsett ( ß ).
Dalam kebanyakan bahasa yang memakai alfabet Latin, serta juga Alfabet Fonetik Internasional, huruf s mewakili konsonan desis rongga-gigi nirsuara, kecuali bahasa Vietnam dan bahasa Hongaria. Di sana S melambangkan konsonan desis pascarongga-gigi nirsuara /ʃ/, seperti dwihuruf “sy” pada kata “syarat.” Bahasa-bahasa lain termasuk bahasa Inggris, Portugis dan Jerman mengandung kata-kata yang mana “s” mewakili bunyi /ʃ/ dan /z/.
Dalam ortografi bahasa Jerman, huruf ß digunakan sebagai pengganti ligatur “ss”, mewakili bunyi [s] nirsuara. Dalam bahasa Jerman huruf itu disebut Eszett, dibaca [ɛsˈtsɛt]. Huruf itu digunakan untuk melambangkan bunyi [s] di antara dua vokal, misalnya beißen (dibaca [baɪ̯sən], arti: ‘menggigit’); küssen (dibaca [kʏsən], arti: ‘mencium’).
Dalam beberapa bahasa, S juga digunakan untuk mewakili bunyi konsonan desis rongga-gigi bersuara ([z]), seperti dalam bahasa Yup’ik bila S ditulis di antara huruf hidup. Dalam bahasa Pinyin, bunyi /z/ tersebut menggunakan dwihuruf SS.
S juga digunakan sebagai lambang dalam ilmu pasti. Dalam ilmu kimia, S adalah simbol kimia untuk Sulfur (belerang). Dalam fisika, S digunakan sebagai simbol jarak. S juga merupakan singkatan dari unit waktu dalam sistem Satuan Internasional: sekon (detik).
T
T adalah huruf Latin modern yang ke-20. Dalam bahasa Indonesia disebut te; dalam bahasa Inggris disebut tee, dibaca [tiː]. Huruf ini merupakan huruf konsonan yang paling sering digunakan dalam bahasa Inggris.[1]
Taw merupakan huruf terakhir abjad Semitik Barat dan Ibrani, kemungkinan melambangkan silang atau salib. Nilai bunyi huruf Taw, Tαυ (Tau) Yunani, dan T Italik Kuno dan Romawi sama, yaitu menandakan fonem /t/; begitu juga dengan bentuk dasarnya dalam semua abjad-abjad tersebut.
Dalam banyak bahasa, huruf ini melambangkan konsonan letup rongga-gigi nirsuara. Dalam Alfabet Fonetik Internasional, konsonan tersebut dilambangkan sebagai [t].
Dalam bahasa Finlandia, Italia, Portugis, Swedia, dan beberapa dialek bahasa Indonesia, huruf ini melambangkan konsonan letup gigi nirsuara. Huruf ini juga dipakai dalam kebanyakan bahasa yang mengandung konsonan tersebut.
Dalam bahasa Inggris, jarang ditemui bahwa huruf ini melambangkan fonem [t͡ʃ] (konsonan gesek rongga-gigi nirsuara), contohnya dalam kata nature (dibaca [ˈneɪt͡ʃɚ]). Huruf H yang mengikuti T membentuk dwihuruf “th” yang melambangkan bunyi konsonan desis gigi, baik nirsuara (dibaca [θ]) maupun bersuara (dibaca [ð]).
U
U adalah huruf Latin modern yang ke-21. Dalam bahasa Inggris, huruf ini disebut u atau you, dibaca [ˈjuː]; bentuk jamaknya ues.[1][2] Biasanya melambangkan vokal belakang tertutup bulat ([u]), menggantikan fungsi huruf V yang beralih sebagai lambang konsonan desis bibir-gigi nirsuara.
Mosaik Yustinianus I di Basilika Sant’Apollinare Nuovo (abad ke-6). Vokal /u/ pada nama “Justinian” ditulis dengan huruf V sebelum terciptanya U, sementara konsonan /j/ dtulis dengan huruf I sebelum terciptanya J.
Huruf U berasal dari variasi huruf V pada masa Romawi Kuno. Asalnya dari huruf upsilon Yunani, yang melambangkan vokal /y/.
Pada akhir Abad Pertengahan, timbul dua bentuk huruf yaitu V dan U, kedua-duanya dipakai untuk bunyi /u/ dan /v/. Bentuk V yang meruncing ditulis di awal kata, sedangkan bentuk U bundar dipakai di tengah atau akhir kata tanpa memandang bunyinya. Oleh karena itu, kata-kata seperti valour dan excuse sama seperti ejaan zaman sekarang, tetapi kata have dan upon juga ditulis haue dan vpon. Akhirnya pada tahun 1700-an, agar bunyi konsonan dan vokal dipisahkan, bentuk V menandakan konsonan sementara bentuk U untuk vokal, maka lahirlah huruf U modern. Pada masa inilah tercipta huruf besar U; sebelum ini selalu dipakai huruf besar V. Mulanya, semenjak huruf U dan V dijadikan huruf yang terpisah, V mendahului U dalam susunan abjad, namun kini terjadi hal sebaliknya.
Huruf u dimasukkan dalam abjad Romawi oleh Petrus Ramus pada abad ke-16.[3]
Pada kebanyakan bahasa yang menggunakan sistem alfabet Latin, u melambangkan bunyi vokal belakang tertutup bulat, [u]*, demikian pula dalam Alfabet Fonetik Internasional.
Dalam bahasa Belanda, U dapat melambangkan bunyi [ɤ]* (vokal hampir depan hampir tertutup bulat), contohnya pada kata hut. Dwihuruf uu melambangkan [yː]*, vokal depan tertutup bulat dipanjangkan, contohnya kata fuut. Bunyi vokal belakang tertutup bulat (seperti “u” pada kata “ibu”) ditulis oe, contohnya kata hoed.
Dalam bahasa Inggris, biasanya huruf U melambangkan bunyi /juː/, sering disebut long u, ‘u panjang’, terutama bila di tengah kata, contohnya cute, amuse, music, dsb. Setelah Pergeseran Vokal Besar-besaran, U dapat melambangkan bunyi [ʌ]* (vokal belakang setengah terbuka takbulat), contohnya pada kata up, sub, cut, abduct, awalan un-, dsb. U dapat pula melambangkan vokal rhotik [ɜː]* (vokal madya setengah terbuka takbulat), contohnya pada kata burn, turd, fur, dsb.
Dalam bahasa Perancis, u melambangkan vokal depan tertutup bulat (simbol IPA: [y]), sementara ou melambangkan vokal belakang tertutup bulat (simbol IPA: [u]). Menurut posisi artikulasi, kedua vokal tersebut berlawanan (/y/ vokal depan sementara /u/ vokal belakang). Di Jerman, vokal /y/ (vokal depan) tersebut ditulis sebagai Ü untuk membedakannya dengan U (vokal belakang).
V
V adalah huruf Latin modern yang ke-22. Dalam bahasa Indonesia, huruf ini disebut ve meski dibaca [fe], sedangkan dalam bahasa Inggris disebut vee, dibaca [viː]. Awalnya huruf ini melambangkan bunyi [u], vokal belakang tertutup bulat, namun vokal tersebut menjadi huruf tersendiri (U), sementara V menjadi lambang bunyi [v]* (konsonan desis bibir-gigi bersuara). Dalam bahasa Indonesia sering dilafalkan seperti [f]* (konsonan desis bibir-gigi tak bersuara). Huruf V berasal dari huruf Semitik Waw, begitu juga huruf-huruf modern F, U, W, dan Y. Huruf Semit kemudian memengaruhi huruf Fenisia, Yunani, dan Etruska. Huruf Latin dipengaruhi oleh huruf Yunani, dengan perubahan seperlunya karena alasan penyesuaian fonologi dan sebagainya.
Dalam bahasa Yunani, huruf upsilon (Υ) diadaptasi dari huruf waw, awalnya untuk melambangkan bunyi vokal /u/ seperti pada kata “bulan”, kemudian berubah menjadi /y/ (vokal depan tertutup bulat), yaitu sama seperti pelafalan huruf ü dalam bahasa Jerman.
Prasati pada Arch of Titus di Roma, Italia (abad pertama Masehi). Pada tulisan Latin kuno tersebut, vokal /u/ ditulis dengan huruf V, sehingga ejaan SENATVS dialihaksarakan sebagai SENATUS setelah terciptanya huruf U.
Dalam bahasa Latin, huruf upsilon ini dipinjam dalam bentuk huruf V (tanpa batang) untuk menandakan bunyi /u/ yang sama, dan juga bunyi konsonan /w/. Oleh karena itu, kata num—atau asalnya dieja NVM—disebut “noom” (/num/) sementara kata via/VIA disebut “wi-a” (/wia/). Mulai abad pertama Masehi, bergantung pada dialek setempat, konsonan /w/ berubah menjadi /β/, dan akhirnya menjadi /v/.
Ketika akhir Zaman Pertengahan, timbulnya dua bentuk huruf v atau u, kedua-duanya dipakai untuk bunyi /u/ dan /v/. Bentuk v bersudut ditulis di awal kata, sedangkan bentuk u bundar dipakai di tengah atau akhir kata tanpa menghiraukan bunyinya. Oleh itu, kata-kata seperti valour dan excuse sama seperti ejaan zaman sekarang, tetapi kata have dan upon ditulis haue dan vpon. Akhirnya pada tahun 1700-an, agar bunyi konsonan dan vokal diasingkan, bentuk v menandakan konsonan sementara bentuk u untuk vokal, maka lahirlah huruf u modern. Pada masa itulah tercipta huruf besar U; sebelumnya selalu dipakai huruf besar V. Mulanya, semenjak huruf u dan v dijadikan huruf yang berbeda, v mendahului u dalam susunan alfabet, tapi kini terjadi sebaliknya.
Mosaik Justinianus I di Basilika Sant’Apollinare Nuovo (abad ke-6). Vokal /u/ pada nama “Justinian” ditulis dengan huruf V sebelum terciptanya U, sementara konsonan /j/ dtulis dengan huruf I sebelum terciptanya J.
Dalam sistem angka Romawi, huruf V melambangkan nomor 5 atau tahun 5, karena menyerupai kebiasaan menghitung takik yang diukir pada kayu, yaitu setiap takik kelima dikerat dua agar membentuk “V”.
Dalam sistem Alfabet Fonetik Internasional, /v/ menandakan bunyi konsonan desis bibir-gigi bersuara.
Dalam bahasa Irlandia, huruf ‹v› kebanyakan digunakan pada kata serapan, seperti veidhlín dari bahasa Inggris violin. Tetapi bunyi [v] muncul secara alami dalam bahasa Irlandia saat bunyi /b/ mengalami lenisi atau “dilembutkan”, ditulis menurut ortografi dengan ‹bh›, sehingga bhí dilafalkan [vʲiː], an bhean dilafalkan [ən̪ˠ ˈvʲan̪ˠ], dsb.
Bahasa Polandia tidak menggunakan huruf V, demikian pula Q dan X. Akan tetapi, bahasa mereka mengandung bunyi /v/, yang dilambangkan oleh huruf W, mengikuti kaidah dalam bahasa Jerman.
Dalam sistem pinyin bahasa Mandarin, semua huruf Latin digunakan kecuali huruf V, karena tidak ada bunyi [v] dalam bahasa Mandarin, tetapi huruf “v” dipakai kebanyakan kaedah pengetikan sebagai pengganti huruf “ü” yang umumnya tidak tersedia pada papan tombol biasa. Romanisasi merupakan kaidah yang banyak dilakukan untuk mengetik bahasa Tionghoa secara fonetik.
Dalam alih aksara bahasa Sanskerta atau IAST, huruf V digunakan sebagai lambang bunyi [ʋ]* (konsonan hampiran bibir-gigi), yang dalam aksara Dewanagari ditulis व. Dalam aksara turunan Brahmi lainnya (misalnya aksara Thai, Jawa, Bali, dsb) yang melestarikan kata serapan dari bahasa Sanskerta, bila dalam fonologi bahasa bersangkutan tidak mengandung bunyi konsonan hampiran bibir-gigi, maka lambang konsonan tersebut dalam aksara mereka seringkali tergantikan oleh konsonan hampiran langit-langit belakang terbibirkan (simbol IPA: /w/), yang ditulis dalam huruf Latin sebagai W.
Huruf V juga digunakan sebagai lambang dalam ilmu pasti. V adalah simbol kimia untuk Vanadium. Dalam Fisika, v menjadi Simbol kecepatan dan volume (berasal dari kata velocity, ‘kecepatan’). Dalam linguistik, v menjadi simbol kata kerja (verba). V juga merupakan singkatan dari unit tegangan listrik dalam sistem Satuan Internasional: volt.
Beberapa bahasa memiliki penyebutan V yang berbeda-beda:
• Indonesia: ve [fe], pengucapannya mirip seperti pengucapan huruf F, yaitu konsonan desis bibir-gigi tak bersuara.
• Italia: vi [ˈvi] atau vu [ˈvu]
• Jerman: fau [ˈfaʊ]
• Katalan: ve, dilafalkan [ˈve], namun dalam dialek yang tidak memiliki bunyi /v/ dinamakan ve baixa [ˈbe ˈbajɕə] “vi rendah”.
• Portugis: vê [ˈve]
• Perancis: vé [ve]
• Spanyol: uve [ˈuβe] direkomendasikan, tetapi ve [ˈbe] secara tradisional. Karena keduanya dilafalkan /b/ dalam bahasa Spanyol[1], diperlukan istilah untuk membedakan ve dari be, yaitu huruf ‹b›. Dalam beberapa wilayah huruf itu disebut ve corta, ve baja, ve pequeña, ve chica atau ve labiodental.
Dalam bahasa Jepang, V sering disebut “bui” (ブイ). Nama ini adalah penyesuaian dengan nama dalam bahasa Inggris, yang mensubtitusi konsonan letup dwibibir bersuara untuk bunyi konsonan desis bibir-gigi bersuara (yang tidak ada dalam fonologi bahasa Jepang) dan berbeda dengan “bī” (ビー), nama Jepang untuk huruf B. Bunyi itu dapat ditulis dengan simbol katakana 「ヴ」 (vu) yang kini sudah dikembangkan,[2] sehingga menjadi va, vi, vu, ve, vo (ヴァ, ヴィ, ヴ, ヴェ, ヴォ?), meskipun pelafalannya (saat diterapkan) bukanlah bunyi konsonan desis bibir-gigi bersuara seperti dalam bahasa Inggris. Selain itu, beberapa kata seringkali dieja dengan b daripada vu (contoh: “violin” seringkali dieja baiorin (バイオリン?) daripada vaiorin (ヴァイオリン?); karena kecenderungan untuk memakai konsonan yang tersedia dalam fonologi bahasa Jepang daripada konsonan asing).
X
X adalah huruf ke-24 dalam alfabet Latin. Huruf ini dibaca /ɛks/. Dalam ilmu fonetik, x adalah lambang IPA dan X-SAMPA bagi konsonan desis langit-langit belakang nirsuara, seperti dwihuruf “kh” pada kata “khusus” dalam bahasa Indonesia.
Pada mulanya, gabungan konsonan /ks/ dalam bahasa Yunani Kuno ditulis sama, sebagai Khi Χ (dialek Barat) atau Ksi Ξ (dialek Timur). Akhirnya, Khi digunakan untuk bunyi /kʰ/ (/x/ dalam bahasa Yunani Modern), sementara Ksi digunakan untuk bunyi /ks/. Orang Etruska telah mengambil alih Χ dari dialek Yunani Barat Kuno; maka, X mewakili bunyi /ks/ dalam bahasa Etruska dan Latin.
Tidak diketahui apakah huruf Khi dan Ksi merupakan ciptaan orang Yunani, ataupun berasal dari rumpun bahasa Semit. Khi diurutkan hampir pada akhir susunan alfabet Yunani, setelah huruf-huruf asal Semit, bersama dengan Fi, Psi, dan Omega, dengan gagasan bahwa huruf-huruf itu merupakan inovasi; terlebih lagi, tidak terdapat huruf yang mewakili bunyi /ks/ secara terperinci dalam bahasa Semit. Terdapat satu huruf Fenisia kheth yang kemungkinan berbunyi /ħ/, agak serupa dengan /kʰ/, tetapi mulanya diterima dalam alfabet Yunani sebagai konsonan /h/, dan kemudian, digunakan untuk bunyi vokal panjang Eta (Η,η), maka huruf itu tidak tampak sebagai asal huruf Khi. Huruf Fenisia Samekh (mewakili /s/) sering dianggap sebagai inspirasi bagi Ksi, namun seperti yang diterangkan, Khi mempunyai bentuk yang berbeda dari Ksi—meskipun huruf itu mungkin merupakan variasi lain yang juga berasal dari samekh. Bentuk asal samekh barangkali merupakan hieroglif Mesir bagi Djed, namun ini juga tidak pasti karena tidak ada bentuk Protosinaitik bagi huruf ini yang identik dengannya.
Penggunaannya dalam keseharian adalah sebagai berikut:
• Dalam Alfabet Fonetis International, [x] adalah simbol konsonan desis langit-langit belakang nirsuara.
• Dalam alfabet Latin, X melambangkan bunyi /ks/.
• Dalam Angka Romawi, X melambangkan bilangan 10 (sepuluh) atau tahun 10.
• Dalam beberapa bahasa, sebagai perubahan nilai fonetik dan adaptasi tulisan tangan, X dilafalkan berbeda-beda.
• Dalam bahasa Indonesia, X dipakai dalam istilah yang diserap dari bahasa asing, misalnya xenon.
• Dalam bahasa Inggris, X adalah huruf untuk gugus konsonan [ks]; atau kadang-kadang apabila diikuti oleh suku kata beraksen yang diawali dengan bunyi vokal, atau apabila diikuti oleh “h” nirsuara dan bunyi vokal beraksen [gz] (cth. exhaust, exam); lazimnya diucapkan [z] apabila menjadi huruf pertama suatu kata (cth. xylophone), serta dalam beberapa kata majemuk bunyi [z] tidak berubah (cth. meta-xylene). X juga melambangkan bunyi [kʃ] dalam perkataan yang berakhir dengan -xion. X juga melambangkan bunyi [gʒ] atau [kʃ], misalnya dalam kata luxury dan sexual. Apabila huruf X mengawali kata dalam bahasa Inggris seperti xynene dan bunyi z yang dihasilkan, maka huruf X tidak diucapkan. X di akhir kata biasanya diucapkan [ks] (cth. ax/axe) kecuali dalam kata pinjaman seperti faux (lihat ulasan bagi bahasa Perancis, di bawah).
• Dalam bahasa Melayu, X bukan saja merupakan huruf yang paling sedikit digunakan di seluruh kosakata bahasa Melayu, huruf ini seolah-olah tidak pernah digunakan kecuali bagi kata-kata yang menyebut nama huruf ini dalam kata tersebut (cth: sinar-X). Bagi kata-kata pinjaman dari bahasa lain yang mengandung huruf “x” seperti sex dan xylophone, huruf x diganti dengan “ks” ([ks] di tengah atau akhir kata) atau “z” ([z] di awal kata), sehingga dieja seks dan zilofon.
• Dalam bahasa Perancis, di akhir kata, X tidak diucapkan (atau dibaca [z] jika mengikuti bunyi vokal). Penggunaan ini timbul sebagai perubahan tulisan bagi akhiran -us. Terdapat dua pengecualian, yaitu x disebut [s] dalam six dan dix, namun dibaca [z] dalam sixième and dixième.
• Dalam bahasa Spanyol lama, X disebut seperti [ʃ] karena bahasa ini masih sebunyi dengan bahasa Iberia yang lain. Kemudian, bunyi ini berubah menjadi bunyi [x] yang keras. Dalam bahasa Spanyol modern, bunyi [x] dieja dengan j, atau dengan g sebelum e dan i, namun x dikekalkan bagi sesetengah nama (misalnya México, yang beralternasi dengan Méjico). Kini, X mewakili bunyi [s] (sebagai huruf pertama perkataan), atau gagasan konsonan [ks] dan [gs] (cth. oxígeno, examen). Lebih jarang lagi; seperti dalam bahasa Spanyol lama, huruf x boleh disebut sebagai [ʃ] di hari ini dalam kata-kata nama khas seperti Raxel (variasi Rachel) dan Xelajú. Dalam variasi bahasa Spanyol di Amerika dan seseo, digraf xc di excelente disebut sebagai [ks] tetapi di Spanyol, kombinasi konsonan tersebut disebut [ks-θ].
• Dalam bahasa Albania, x mewakili [dz], sementara digraf xh mewakili [dʒ].
• Dalam Hanyu Pinyin, sistem transkripsi resmi bagi bahasa Mandarin, huruf x mewakili bunyi konsonan desis pralangit-langit tidak bersuara (/ɕ/).
• Dalam bahasa Jerman dan bahasa Italia, X digunakan terutama dalam kata serapan.
Y
Y adalah huruf Latin modern yang ke-25. Dalam bahasa Indonesia disebut ye; dalam bahasa Inggris disebut wye atau wy (dibaca [ˈwaɪ], jamak: wyes).[1] Dalam berbagai bahasa, Y memiliki nilai bunyi yang berbeda-beda. Alfabet Fonetis Internasional memakai huruf Y kecil sebagai lambang bunyi vokal bulat depan tertutup.
Leluhur asal huruf Y merupakan huruf Yunani upsilon.
Penggunaan huruf Y dalam alfabet Latin berawal dari abad pertama SM. Huruf itu digunakan untuk menulis kata pinjaman dari bahasa Yunani, sehingga Y bukan huruf untuk menulis kosakata asli bahasa Latin dan biasanya dilafalkan /u/ atau /i/. Pelafalan yang kedua menjadi umum pada masa klasik dan digunakan oleh banyak orang kecuali kalangan terpelajar. Claudius, Kaisar Romawi memperkenalkan huruf baru ke dalam alfabet Latin untuk melambangkan apa yang disebut sonus medius (vokal pendek sebelum konsonan bibir), tetapi kadangkala dalam prasasti ditulis sebagai huruf upsilon dari Yunani.
Pada masa Yunani Kuno, huruf Υ (Upsilon) melambangkan [u], sebelum beralih ke [y]* (vokal depan tertutup bulat). Mulanya bangsa Romawi Kuno mengadaptasi huruf ini menjadi huruf V, untuk menandakan bunyi vokal /u/ dan konsonan /w/, tetapi tidak lama kemudian, oleh karena sebutan Ypsilon dalam bahasa Yunani beranjak ke vokal /y/, maka bangsa Romawi meminjam huruf Yunani tersebut sesuai bentuk asalnya termasuk garis vertikal di bawahnya, khususnya untuk menandai nama-nama dan kata-kata pinjaman bahasa Yunani. Y dinamakan Y Graeca, ‘Y Yunani’. Tak diragukan lagi bahwa pelafalannya I Graeca, ‘I Yunani’, karena penutur bahasa Latin sulit mengucapkan vokal depan [y]*, yang tidak terdapat dalam kosakata asli bahasa Latin. Dalam rumpun bahasa Roman, pelafalannya menjadi nama yang umum: i griega dalam bahasa Spanyol, i grec dalam bahasa Perancis, dsb.
Huruf Y digunakan dalam bahasa Inggris Kuno dan Latin untuk melambangkan fonem /y/; namun, ada yang menganalisa penggunaan ini merupakan kreasi tersendiri di Inggris dengan menggabungkan V ke atas I, tanpa menghubungkan penggunaan huruf ini dalam bahasa Latin. Mungkin juga bahwa huruf Y, meskipun dinamakan Y Græca (dibaca [u gre:ka]) atau ‘u Yunani’ agar dibedakan dari /u/ dalam bahasa Latin, tetap dianalisa sebagai huruf V (disebut /uː/) di atas huruf I (disebut /iː/). Maka huruf Y dipanggil [uː iː]; setelah /uː/ menjadi /w/ dan setelah pergeseran vokal besar-besaran dalam bahasa Inggris maka sebutannya menjadi /waɪ/.
Pada masa bahasa Inggris Pertengahan, kebundaran vokal /y/ (vokal depan tertutup “bulat”) memudar sehingga bunyinya mirip dengan vokal /iː/ (vokal depan tertutup “tak bulat”) dan /ɪ/. Maka dari itu, banyak kata yang awalnya dieja dengan I kemudian dieja dengan Y, dan demikian sebaliknya. Penggantian serupa terjadi dalam kosakata Latin: kata asli silva (“kayu”) dieja dengan Y dalam kata Pennsylvania.
Demikian pula, Y vokal dalam bahasa Inggris Modern dilafalkan mirip I, tetapi bahasa Inggris modern menggunakannya hanya dalam kata-kata tertentu, tidak seperti bahasa Inggris Pertengahan dan awal Modern. Huruf itu memiliki tiga kegunaan: pengganti upsilon dalam kata serapan dari bahasa Yunani (system; Yunani: σύστημα), di akhir kata (rye, city; bandingkan cities, yang huruf akhirnya adalah S), dan dalam kata dasar bersuku kata satu dengan akhir vokal (dy-ing).
Saat mesin cetak diperkenalkan dari daratan utama Eropa, William Caxton dan tukang cetak dari Inggris lainnya menggunakan Y sebagai pengganti Þ (thorn: setara dengan th dalam bahasa Inggris Modern), yang tidak tersedia dalam tipe huruf dari daratan utama Eropa. Dari cara ini munculah perubahan ejaan “the” menjadi “ye” dalam umpatan kuno “Ye Olde Shoppe”. Terlepas dari ejaan, pelafalannya tetap sama seperti “the” masa kini (/ðiː/ atau /ðə/). Ye (/jiː/) merupakan pelafalan ejaan modern asli.[2]
Penggunaan huruf Y untuk bunyi konsonan [j]* (year, Jahr, yang) kemungkinan tidak terkait dengan pengunaannya sebagai huruf vokal. Kemungkinan huruf itu merupakan pengganti huruf yogh (Ȝȝ) dalam bahasa Inggris Pertengahan yang melambangkan bunyi /j/. Yogh yang melambangkan bunyi lainnya, [ɣ]* (konsonan desis langit-langit belakang), kemudian ditulis dengan dwihuruf gh dalam bahasa Inggris Modern.
Dalam bahasa Spanyol, huruf Y disebut i/y griega, dalam bahasa Katalan i grega, dalam bahasa Perancis dan Romania i grec, dalam bahasa Polandia igrek yang semuanya berarti “I Yunani”; pada kebanyakan bahasa Eropa lainnya, nama Yunani asalnya masih dipakai; dalam bahasa Jerman, namanya Ypsilon (atau “Üpsilon”) dan dalam bahasa Portugis ípsilon atau ípsilo.[3] Mulanya huruf Y diciptakan sebagai huruf vokal, tetapi lama-kelamaan dijadikan konsonan dalam kebanyakan bahasa.
Jika tidak dibaca sebagai vokal kedua dalam diftong, huruf ini memiliki nilai bunyi /y/ dalam rumpun bahasa Skandinavia dan /ʏ/ dalam bahasa Jerman. Y tidak pernah dianggap sebagai konsonan (kecuali dalam kata serapan), namun dalam diftong, seperti pada nama Meyer, huruf itu berperan sebagai variasi “i”.
Dalam bahasa Belanda, Y hanya muncul pada kata serapan dan nama yang biasanya melambangkan bunyi /i/. Huruf ini biasanya diabaikan dalam alfabet bahasa Belanda dan digantikan oleh ligatur “IJ”. Dalam bahasa Afrikaans, perkembangan bahasa Belanda, Y melambangkan diftong [ɛi], kemungkinan karena percampuran huruf kecil i dan y atau mungkin berasal dari ligatur IJ.
Dalam bahasa Faroe dan Islandia, huruf itu selalu dilafalkan i. Dalam kedua bahasa tersebut, huruf itu juga menjadi bagian dari pengejaan diftong: ey (keduanya) dan oy (hanya bahasa Faroe).
Dalam bahasa Spanyol, Y digunakan sebagai inisial pengganti huruf I agar lebih mudah dibedakan (sedangkan Jerman menggunakan huruf J karena alasan yang sama). Maka dari itu “el yugo y las flechas” adalah simbol yang berbagi inisial Isabella I dari Castilla (Ysabel) dan Ferdinand II dari Aragon. Ejaan ini direformasi oleh Royal Spanish Academy dan kini hanya ditemukan pada nama diri yang dieja secara kuno, seperti Ybarra atau CYII, simbol Canal de Isabel II. X juga masih digunakan dalam bahasa Spanyol dengan pengucapan berbeda pada beberapa ejaan kuno.
Sebagai suatu kata, huruf Y merupakan kata penghubung yang berarti “dan” dalam bahasa Spanyol dan dilafalkan [i]*.
Dalam marga Spanyol, y dapat memisahkan marga ayah dengan marga ibu, contohnya “Santiago Ramón y Cajal”; contoh lainnya “Maturin y Domanova”, dari seri novel karya Jack Aubrey. Nama dalam bahasa Katalan menggunakan i untuk hal ini. Selain itu, Y melambangkan bunyi [ʝ]* (konsonan desis langit-langit bersuara) dalam bahasa Spanyol. Saat muncul sebelum bunyi vokal [i], Y digantikan oleh E, contoh: “español e inglés”. Hal ini untuk menghindari pelafalan [i] dua kali.
Dalam Finlandia dan Albania, Y biasanya dilafalkan [y]*.
Sebelum tahun 1972, bahasa Indonesia menggunakan huruf J sebagai lambang bunyi [j] (konsonan hampiran langit-langit). Meskipun demikian, huruf Y juga digunakan sebagai lambang bunyi yang sama namun jarang ditemui; contohnya pada nama Mohammad Yamin, dan Pramoedya Ananta Toer (untuk menghindari kekeliruan karena “dj” dilafalkan [d͡ʒ] atau [ɟ]). Setelah ditetapkannya Ejaan Yang Disempurnakan, maka huruf Y menggantikan posisi J. Demikian pula pada dwihuruf “nj” diganti dengan “ny”.
Dalam bahasa Italia, Y (i greca atau ipsilon) digunakan dalam beberapa kata serapan.
Dalam bahasa Polandia dan Guaraní, huruf itu melambangkan bunyi vokal [ɨ]* (vokal madya tertutup takbulat).
Dalam Lithuania, Y adalah huruf ke-15 dan merupakan huruf hidup. Huruf itu disebut i panjang dan dilafalkan [iː] seperti kata see dalam bahasa Inggris.
Dalam Welsh huruf itu dilafalkan [ə]* (vokal madya) dalam kata bersuku kata tunggal atau suku kata tak akhir, dan [ɨ] atau [i] (tergantung aksen) dalam suku kata akhir.
Saat digunakan sebagai huruf hidup dalam Vietnam, huruf y melambangkan vokal depan tertutup takbulat. Saat dipakai sebagai monoftong, fungsinya setara dengan huruf i dalam alfabet bahasa Vietnam. Ada upaya untuk mengganti penggunaan i seluruhnya, namun tampaknya sebagian besra gagal. Sebagai bunyi konsonan, huruf itu melambangkan bunyi hampiran langit-langit.
Dalam Aymara, Melayu, Turki, Quechua dan Romanisasi Jepang, huruf Y adalah konsonan langit-langit, khususnya [j]* (konsonan hampiran langit-langit).
Dalam Alfabet Fonetis Internasional, [y] mewakili bunyi vokal depan tertutup bulat, dan huruf yang agak berbeda yaitu [ʏ] melambangkan vokal hampir depan hampir tertutup bulat.
Merupakan indikasi kelangkaan vokal bulat depan karena [y] adalah suara paling langka dalam Alfabet Fonetis Internasional yang diwakili oleh huruf Latin, kurang dari setengah penggunaan [q] atau [c] dan hanya sekitar seperempat penggunaan [x].
Z
Z ialah huruf Latin modern yang ke-26 dan terakhir, disebut zed, dibaca [zɛd]. Di Amerika, Z disebut zi, dibaca [ziː].
Huruf Z berasal dari huruf Yunani zeta, yang diturunkan dari huruf Proto-Semitik (Semitik awal). Nama huruf Semitik asalnya adalah zayin, yang mungkin bermakna “senjata”, serta merupakan huruf ketujuh dalam abjad tersebut. Huruf itu seperti pelafalan z dalam bahasa Inggris dan Perancis, atau kemungkinan besar seperti bunyi konsonan gesek /d͡z/ dalam bahasa Italia.
Bentuk Z (huruf kecil: ζ) Yunani merupakan kerabat dekat huruf Fenisia I, dan bentuk hurufnya dalam prasasti-prasati tetap bertahan sepanjang zaman kuno. Orang Yunani memanggilnya zeta, dan nama baru dibuat berdasarkan huruf ini yaitu eta (η) dan theta (θ).
Pada bahasa Yunani awal di Athena dan Yunani Barat Laut, huruf itu melambangkan bunyi /dz/; dalam bahasa Yunani Attika, dari abad ke-4 SM hingga seterusnya, huruf itu dapat melambangkan /zd/ maupun /dz/, dan pada kenyataannya tidak ada konsensus yang memperhatikan masalah ini. Pada dialek lainnya, seperti Elea dan Kreta, simbol itu pernah digunakan untuk menandakan bunyi th bersuara dan nirsuara dalam bahasa Inggris (IPA: /ð/ dan /θ/). Pada dialek umum (bahasa Yunani Koine) yang menggantikan dialek terdahulu, ζ melambangkan bunyi /z/, dan bertahan hingga bahasa Yunani Modern.
Dalam alfabet Etruska, huruf Z munngkin menandakan bunyi konsonan gesek /ts/; dalam bahasa Latin pula, /dz/.
Dalam bahasa Latin awal, bunyi /z/ berubah menjadi /r/ karena rhotasisme sehingga huruf yang melambangkan bunyi /z/ menjadi tidak berguna. Maka sekitar tahun 300 SM, huruf Z disingkirkan oleh Censor Appius Claudius Caecus, lalu tempatnya semula digantikan oleh huruf baru, G.
Pada abad pertama SM, huruf Z diterapkan kembali ke dalam alfabet Latin agar menandakan bunyi zeta Yunani dengan lebih tepat daripada penulisan S di awal kata dan ss di tengah kata yang diterapkan sebelumnya, contoh: sona = ζωνη, “tali pinggang”; trapessita = τραπεζιτης, “bankir”. Huruf ini hanya muncul pada kata-kata pinjaman Yunani, dan Z bersama Y merupakan dua huruf yang dipinjam oleh bangsa Romawi dari Yunani.
Dalam Bahasa Latin Vulgar, huruf zeta Yunani nampaknya menandakan bunyi (/dj/), dan kemudian (/dz/); D dipakai untuk bunyi /z/ dalam kata-kata seperti baptidiare sebagai ganti baptizare (“baptis”); sebaliknya Z dijadikan tanda bunyi /d/ dalam bentuk-bentuk seperti zaconus bagi diaconus (“paderi”); dan zabulus untuk diabulus (“iblis”). Z juga sering ditulis sebagai pengganti konsonan I (yaitu, J, IPA: /j/) seperti zunior untuk junior, ‘lebih muda’.
Di masa sebelumnya, alfabet bahasa Inggris yang digunakan oleh anak-anak tidak diakhiri dengan Z, melainkan dengan & atau simbol tipografi yang menyerupainya.
Bentuk lain dari huruf Z yang berasal dari tipe huruf Goth dan Blackletter Modern Awal adalah “z berekor”. Bentuk huruf z berekor ini bergabung dengan bentuk huruf s panjang, menjadi ligatur ß dalam ejaan bahasa Jerman.
Suatu bentuk variasi Z berekor yaitu Ezh, dimasukkan dalam Alfabet Fonetik Internasional sebagai tanda bunyi konsonan desis pascarongga-gigi bersuara (IPA: [Ʒ]).
Z dalam tipe huruf Antiqua dapat mirip dengan karakter yang menggambarkan angka 3 dalam tipe huruf lainnya.
Unicode menetapkan titik kode untuk “BLACK-LETTER CAPITAL Z” dan “FRAKTUR SMALL Z” dalam lajur Letterlike Symbols dalam Mathematical alphanumeric symbols, masing-masing pada U+2128 ℨ dan U+1D537 𝖟.
Dalam bahasa Melayu, huruf “z” berbunyi konsonan desis rongga-gigi bersuara yang terdapat dalam kata-kata pinjaman bahasa Arab, Persia dan Eropa; misalnya: “ziarah”, “zapin” dan “zoo”, begitu juga dengan bahasa Inggris seperti dalam perkataan “zip”, “realize” dan sebagainya. Adakalanya dalam bahasa Inggris, “z” membawa bunyi konsonan desis pascarongga-gigi bersuara (IPA: [Ʒ]) seperti dalam kata “azure”.
Dalam bahasa Italia, huruf Z menandakan dua fonem, yaitu /ts/ dan /dz/; dalam bahasa Jerman, huruf Z melambangkan /ts/; dalam bahasa Spanyol Castellano /θ/ (yaitu th dalam kata thing bahasa Inggris), tetapi dalam dialek lain (Amerika Latin, Andalusia) bunyinya /s/.
Dalam sistem pinyin bahasa Mandarin “z” disebut [ts]. Dalam romanisasi bahasa Jepang pula, huruf z menandakan bunyi [z] dan [dz].
Sistem IPA memakai simbol [z] untuk konsonan desis rongga-gigi bersuara. Dalam bahasa Inggris, beberapa huruf S dilafalkan /z/, seperti dalam kata “closed”.

fakta unik

BERBAGAI  FAKTA UNIK


1. Sebelum Masehi bahasa inggrisnya adalah B.C (Before Christ). Setelah Masehi adalah A.D (Anno Domini)
2. Ikan hiu kehilangan gigi lebih dari 6000buah setiap tahun, dan gigi barunya tumbuh dalam waktu 24 jam
3. Julius Caesar tewas dengan 23 tikaman
4. Nama mobil Nissan berasal dari bahasa jepang Ni : 2 dan San : 3. Nissan : 23
5. Jerapah dan tikus bisa bertahan hidup lebih lama tanpa air dari pada unta
6. Perut memproduksi lapisan lendir setiap dua minggu agar perut tidak mencerna organnya sendiri.
7. 98% dari perkosaan dan pembunuhan dilakukan oleh keluarga dekat atau teman korban.
8. Semut dapat mengangkat beban 50 kali tubuhnya
9. Deklarasi Kemerdekaan Amerika ditulis diatas kertas marijuana
10. Titik diatas huruf i disebut 'title'
11. Sebutir kismis yang dijatuhkan kedalam gelas berisi sampanye segar akan bergerak naik turun dalam gelas
12. Benjamin Franklin anak bungsu dari orangtua bungsu keturunan ke 5 dalam keluarga bungsu.
13. Triskaidekaphobia adalah ketakutan pada 13. Paraskevidekatriaphobia adalah ketekukan pada hari jumat tanggal 13 (bisa terjadi antara 1-3 kali setahun). di Italia, 17 adalah angka sial. di Jepang angka sial adalah 4
14. Lidah jerapah panjangnya sekitar 50 cm
15. Mulut menghasilkan 1 liter ludah setiap hari
16. Kita bernafas kira-kira 23.000 kali setiap hari
17. Kata ZIP (kode pos) adalah kepanjangan dari 'Zoning Improvement Plan'.
18. Coca-Cola mengandung Coca (yang merupakan zat aktif pada kokain) dari tahun 1885 sampai 1903.
19. Rata-rata kita bicara 5000 kata tiap hari (walaupun 80% nya kita bicara pada diri sendiri)
20. Seandainya kuota air dalam tubuh kita berkurang 1%, kita langsung merasa haus
21. 4 simbol raja pada kartu remi melambangkan 4 raja yang etrkenal di jaman masing-masing: Sekop = David/Raja Daud ; Keriting = Alexander the Great/Iskandar Agung ; Hati = Charlemagne/Raja Prancis ; Wajik =Julius Caesar
22. Seumur hidup kita meminum air sebanyak kurang lebih 75.000 liter
23. Setiap orang, termasuk kembar identik, sidik jari dan tekstur lidahnya tidak ada yang sama.
24. Titik merah pada 7-Up logo berasal dari penemunya yang bermata merah. Dia seorang albino.
25. Pria kehilangan 40 helai rambut tiap hari. wanita 70 helai.
26. Tanda 'save' pada Microsoft Office programs menunjukan gambar floppy disk dengan shutter terbalik
27. Albert Einstein dan Charles Darwin,keduanya menikah dengan sepupu pertama mereka (Elsa L�wenthal dan Emma Wedgewood).
28. Unta punya 3 kelopak mata.
29. Sehelai rambut di kepala kita mempunyai masa tumbuh 2 sampai 6 tahun sebelum diganti dengan rambut baru
30. Seseorang masih akan sadar selama 8 detik setelah dipenggal
31. Otot yang bekerja paling cepat ditubuh kita adalah otot dikelopak mata yang membuat kita berkedip. kita bisa berkedip 5kali dalam sedetik
32. Coklat dapat membunuh anjing,karena langsung mempengaruhi jantung dan susunan syarafnya
33. Tanpa dicampur ludah di dalam mulut, kita tidak akan merasakan rasa makanan
34. Kuku jari tangan tumbuh 4kali lebih cepat daripada kuku kaki
35. 13% orang di dunia adalah kidal
36. Hampir semua lipstik mengandung sisik ikan
37. Bayi yang baru lahir berat kepalanya 1/4 dari berat tubuhnya
38. Kita sebenarnya melihat dengan otak. mata hanya berupa kamera yang mengirim data ke otak. 1/4 bagian dari otak digunakan untuk mengatur kerja mata
39. Kalajengking bisa dibunuh dengan menyiramnya dengan cuka,mereka akan murka dan menyengat dirinya sendiri
40. Tahun 1830an saus tomat biasa dijual sebagai obat.
41. Tiga monyet bijak punya nama: Mizaru (See no evil), Mikazaru (Hear no evil), and Mazaru (Speak no evil).
42. India mempunyai Undang-undang hak untuk sapi
43. Jika bersin terlalu keras dapat meretakkan tulang iga. JIka mencoba menahan bersin, bisa mengalami pecah pembuluh nadi di kepala dan leher trus mati . jika memaksa mata terbuka saat bersin, bola mata bisa meloncat keluar.
44. Nama negara Filipina berasal dari nama Raja Phillip
45. Saudi Arabia berasala dari nama Raja Saud
46. Anak-anak mempunyai 20 gigi awal. Orang dewasa punya 32
47. Karena langkanya logam, piala Oscars yang dibagikan pada perang dunia ke II terbuat dari kayu
48. Setiap Siklus 11 tahun, kutub magnet pada matahari bertukar tempat. Siklus ini dinamakan "Solarmax".
49. Ada 318,979,564,000 kemungkinan kombinasi pembukaan pertama pada catur.
50. Ada lebih dari 300 bakteri pembentuk karang gigi
51. Macan adalah anggota terbesar dalam keluarga kucing
52. Nomer "172" dapat ditemukan pada uang kertas 5 dollar amerika, pada gambar semak-semak dibawah Lincoln Memorial.
53. Pohon kelapa membunuh 150 orang tiap tahun. Lebih banyak daripada hiu
54. Pada poster film 'Pretty Woman' Julia Robets terlalu pendek untuk bisa sejajar dengan Richard Gere. Maka digunakan model Shelley Michelle sebagai tubuh Julia.
55. Daerah kutub kehilangan matahari selama 186 hari dalam setahun
56. Kode Telephone Internasional untuk Antartica adalah 672.
57. Bom pertama sekutu dijatuhkan di Berlin pada perang dunia ke II. Membunuh satu-satunya gajah di Kebun Binatang Berlin.
58. Rata-rata hujan jatuh dengan kecepatan 7 mil per jam
59. Butuh 10 tahun bagi Leonardo Da Vinci untuk melukis Mona Lisa.Lukisan itu tidak ditandai dan di beri tanggal. Leonardo dan Mona mempunya susunan tulang yang persis sama dan menurut sinar X, ada 3 versi lukisan dibawah lukisan itu.
60. Nama dari kembar gemini adalah Castor dan Pullox
61. Gerakan Bruce Lee sangat cepat sehingga mereka harus melambatkan filam agar kita bisa melihat semua gerakannya.
62. Satu kilo dari berat badan kita mengandung 7000 kalori
63. Darah sama kental dengan air laut
64. Air laut di samudra Atlantik lebih asin dari pada di samudra Pasifik
65. Topeng tokoh Michael Myers di film horor 'Helloween' sebenernya topeng tokoh Captain Kirk (Star Trek) yang di cat putih, karena kurang dana
66. Nama asli butterfly (kupu-kupu) adalah flutterby.
67. Bayi lahir setiap 7 detik
68. Satu dari 14 wanita Amerika berambut pirang asli. Prianya hanya satu dari 17
69. The Olympic adalah saudara dari kapal Titanic, dan melayani dengan selamat selama 25 tahun.
70. Saat Titanic karam, 2228 orang ada di dalamnya. Hanya 706 yang selamat
71. Di Amerika, seseorang didiagnosa menderita AIDS tiap 10 menit. Di Afrika, seseorang meninggal karena AIDS tipa 10 menit
72. Sampai usia 6 bulan, bayi bisa menelan dan bernapas secara bersamaan. Orang dewasa tidak bisa
73. Alasan kenapa diiklan jam kebanyakan jarum menunjuk pukul 10.10, karena jam seperti sedang tersenyum
74. Tiap tahun bulan menjauh 3.82 cm dari bumi
75. Saat kita bertahan hidup dan tidak ada bahan makanan, sabuk kulit dan sepatu keds adalah makanan terbaik untuk dimakan karena mengandung cukup gizi untuk hidup sementara.
76. Dalam satu tetes air mengandung 50 juta bakteri
77. Dengan menaikan kaki pelan2 dan berbaring tenang dengan punggung lurus, kita tidak akan tenggelam di pasir hisap.
78. Satu dari 10 orang hidup di suatu pulau
79. Memakan seledri membuang kalori lebih banyak dari pada kalori yang terkandung dalam seledri itu sendiri
80. Lobster dapat hidup selama 100 tahun
81. Permen karet tidak dijual di Disney Land
82. Mangunyah permen karet saat mengupas bawang mencegah kita menangis
83. Rahang kucing gak bisa bergerak kekiri dan kanan
84. Nama Artic (kutub utara) berarti beruang dalam bahasa Yunani (Arktos), dan memang beruang kutub hanya ada di kutub utara
85. Jika kira berdiri di dasar sumur, kita bisa melihat bintang walaupun di siang hari
86. Suara yang kita dengar dari dalam kerang bukan suara ombak laut, tapi suara aliran darah dalam kepala kita.
87. Orang kebanyak yang menderita ketakutan pada ruang terbuka (kenophobia) daripada ketakukan pada ruang tertutup (claustrophobia).
88. Tehnik mengaduk terbaik bukan dengan gerakan memutar, tapi dengan gerakan huruf W
89. Adegan band yang terus bermain musik saat Titanic tenggelam adalah kisah nyata
90. Buku Guinness Book of Records memegang rekor sebagai buku yang paling banyak dicuri dari perpustakaan
91. 35% dari orang yang ikut kontak jodoh lewat internet, sudah menikah
92. CocaCola dulu berwarna hijau
93. Secara fisik, babi tidak bisa melihat ke langit
94. Semua beruang kutub kidal
95. Kelelawar selalu belok kiri jika terbang keluar gua
96. Jim Henson pertama kali memakai kata "Muppet". Kombinasi dari "marionette" dan "puppet."
97. Gajah satu-satunya hewan yang tidak bisa meloncat
98. The Michelin man (figur berbaju dan bertopi putih diiklan Michelin) bernama Mr. Bib. nama aslinya Bibendum pada iklan pertama tahun 1896.
99. Kita tidak bisa menjilat siku kita sendiri
100. Kata "lethologica" menggambarkan saat dimana kita tidak bisa mengingat apa yang kita inginkan.
101. Sekitar 14% pecandu yang menggunakan jarum suntik, positif HIV.
102. Kalimat yang bisa dibaca sama dari depan dan belakang (racecar, kayak, tamat) disebut "palindrome".
103. Siput bisa tidur selama 3 tahun
104. Diatas khatulistiwa melintas sekitar 200 satelit asing, termasuk satelit mata-mata
105. Orang di Cina lebih banyak yang berbahasa Inggris dari pada orang di Amerika
106. Karena pengaruh rotasi bumi, kalau kita melempar kearah barat, lemparan kita akan lebih jauh jatuhnya dari pada kearah timur
107. Satu dari 9000 orang menderita albino
108. Kursi listrik ditemukan oleh seorang dokter gigi
109. Kita berulang tahun bersama 9 juta orang dari seluruh dunia
110. Setiap manusia dalam hidupnya rata-rata habis untuk menunggu dilampu merah selama 2 minggu
111. Botol aqua dan tempat makan plastik baru bisa terurai dengan sempurna dalam tanah setelah 50.000 tahun
112. Kucing bisa membuat lebih dari 100 bunyi vokal, anjing hanya bisa sekitar 10
113. Gigi berang-berang tak pernah berhenti tumbuh
114. Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang bisa terbang
115. Jika boneka Barbie adalah manusia, ukurannya adalah 39-23-33 (99-58,5-84 cm). Tingginya sekitar 215 cm dan punya leher 2kali lebih panjang daripada manusia normal
116. Tikus beranakpinak sangat cepat dan dalam waktu 18 bulan, dua tikus dapat memiliki lebih dari 1 juta keturunan.
117. Memakai Headphone selama 1 jam dapat mengembangbiakan bakteri dalam kuping 700 kali lebih cepat.
118. Seekor Babon bernama 'Jackie' menjadi prajurit resmi dalam angkatan bersenjata Afrika Selatan pada Perang Dunia I
119. Bibliophile adalah sebutan untuk kolektor buku-buku langka. Bibliopole adalah penjual buku-buku langka
120. Jantung ikan paus biru berdenyut 9 kali dalam semenit
121. Arabic numerals bukan berasal dari Arab, tapi diciptakan di India.
122. Kupu-kupu melihat dengan 12000 mata
123. Bulan February tahun 1865 adalah satu-satunya bulan dalam catatan sejarah yang tidak sempat mengalami bulan purnama.
124. Ayam yang sudah terpenggal lehernya masih mampu lari sepanjang lapangan bola sebelum benar-benar mati.
125. Kecoak bisa hidup 9 hari tanpa kepala, dan akan mati karena kelaparan
126. Di Bumi, satu tahun adalah 365 hari. Di planet Merkurius satu tahun adalah 2 hari
127. Umur dari capung adalah 24 jam
128. Pada Usia 3 bulan janin manusia mulai terbentuk sidik jari.
129. Butuh waktu 6 bulan untuk kuku kaki tumbuh dari bawah paling bawah sampai ujung kuku.
130. Daya ingat ikan hanya 3 detik
131. Bulan purnama 9 kali tebih terang daripada bulan setengah.
132. Untuk setiap patung memorial orang diatas kuda, jika 2 kaki depan kuda mengangkat, maka orang tersebut tewas dalam pertempuran, jika satu kaki kuda yang terangkat, maka orang tersebut meninggal karena luka dalam pertempuran, jika 4 kakinya menginjak tanah, orang tersebut meninggal secara normal.
133. Beruang dewasa dapat lari secepat kuda
134. Tulang kuda lebih banyak 18 buah dari tulang manusia
135. Ubur-ubur terdiri dari 95% air
136. Kulit Zebra adalah putih yang bergaris hitam
137. Kecuali manusia dan monyet, semua mamalia buta warna
138. Biji apel mengandung sianida
139. Tikus dan kuda tidak bisa muntah
140. Penguin adalah burung yang tidak bisa terbang tapi bisa berenang.
141. Astronot dilarang mengkonsumsi kacang sebelum menjelajah ruang angkasa karena jika buang angin dalam baju khusus astronot dapat membahayakan mereka.
142. Winston Churchill lahir di toilet wanita saat acara dansa
143. Sebelum ada pesawat jet, Jetlag disebut Boatlag
144. Kucing berkeringat melalui telapak kakinya (terutama saat mendengar gonggongan anjing)
145. Kucing tidak bisa merasakan rasa manis
146. Coklat meleled dalam mulut karena titik lelehnya adalah 35 derajat celcius
147. Dalam perang dahulu, orang yang buta warna dibutuhkan dalam tim pendeteksi kamuflase di militer
148. Sapi tidak punya gigi atas
149. Hedenophobic berarti takut akan kesenangan.
150. Pendeta Mesir kuno mencabuti setiap helai rambut dan bulu dari badan mereka.
151. Buaya tidak bisa menjulurkan lidah.
152. Kentut sapi termasuk penyebab utama global warming
153. Semut selalu jatuh miring ke kanan jika diberi racun serangga
154. Kucing rumah benci bau lemon dan semua yang berbau sitrus
155. Donal Bebek dilarang beredar di Finlandia karena Donal tidak pakai celana
156. Nama asli Donal bebek adalah Donald Flauntleroy Duck
157. Indra perasa kupu-kupu ada dikakinya
158. Dry Ice tidak meleleh, tapi menguap
159. Mata burung unta lebig besar dari otaknya
160. Bintang laut tidak punya otak
161. Tiap manusia punya telinga yang berbeda
162. Telur segar tenggelam diair, telur yang kadaluarsa mengambang
163. 80% dari seluruh binatang di dunia adalah serangga
164. Kacang adalah salah satu bahan untuk membuat dinamit
165. Ratu Elizabeth I menderita Anthophobia (takut akan mawar)
166. RSVP adalah Respondez s'il Vous Plait yang artinya 'mohon jawaban'
167. Mata manusia yang sehat (tidak buta warna) dapat menbedakan 500 jenis warna abu-abu.
168. Ikan mas yang bunting disebut 'twit'.
169. Eropa adalah benua tanpa padang pasir
170. Lalat meloncat mundur saat akan terbang
171. Sekeor kucing memiliki 32 otot pada tiap telinga
172. A honeybee can fly at fifteen miles per hour.
173. Macan mempunyai kulit yang belang,bukan hanya bulu yang belang.
174. A "jiffy" is the scientific name for 1/100th of a second.
175. Hanya 3 malaikat, Gabriel, Michael dan Lucifer yang disebut dalam injil
176. Kambing mempunya pupil mata segi empat
177. Novel pertama yang menggunakan mesin tik adalah Tom Sawyer
178. Hamster sangat suka makan jangkrik
179. Pemantik ditemukan sebelum korek api
180. Rata-rata dalam setiap batang permen coklat terdapat serangga yang meleleh bersamanya.
181. Tanduk badak terbuat dari rambutnya yang mengeras
182. Perang paling singkat dalam sejarah adalah perang Zanzibar and England tahun 1896. Zanzibar menyerah setelah 38 menit.
183. Kutu rambut sebenarnya lebih suka hidup di kulit kepala yang bersih dari pada yang kotor
184. Kulit beruang kutub sebenarnya hitam. Bulunya berwarna bening, dan tampak putih di salju.
185. Elvis mempunyai saudara kembar bernama Garon, yang meninggal saat lahir, maka nama tengah Elvi adalah Aron, untuk menghormati saudaranya.
186. Landak punya sidik jari yang mirip manusia.
187. Kuda Nil kentut lewat mulut.
188. Shakespeare yang menemukan kata "assassination" dan "bump."
189. Mahluk yang bisa tersipu-sipu hanya manusia
190. Jika kita memelihara ikan mas dalam ruangan yang gelap, warnanya akan berubah putih.
191. Wanita berkedip dua kali lebih banyak dari pria.
192. Nama Jeep (jip) diampil dari singkatan "GP", bahasa militer untuk General Purpose.
193. Orang yang menggunakan tangan kanan, kira-kira, 9 tahun lebih panjang umur dari orang kidal
194. Jika semua emas dalam laut ditambang, setiap manusia didunia bisa mendapat emas 20 kg masing2.
195. Jika lever manusia berhenti bekerja, manusia akan mati dalam 8 samapai 24 jam
196. Seorang "quidnunc" adalah sebutan untuk orang yang selalu ingin tahu gosip terbaru.
197. Jika matahari tiba-tiba padam, butuh 8 menit bagi manusia untuk menyadarinya.
198. Leonardo Da Vinci yang menemukan gunting, helikopter, dan banyak alat lainnya.
199. Dalam 4000 tahun, tidak ada jenis binatang peliharaan baru.
200. 25% dari tulang manusia ada di kaki.
201. David Sarnoff adalah orang yang menerima sinyal Titanic dan meyelamatkan ratusan nyawa. Dia akhirnya menjadi kepala jaringan radio, the National Broadcasting Company (NBC).
202. Kira-kira 100 orang tersedak ballpoint tiap tahun.
203. Jika kita terkunci diruang yang kedap udara, kita aka lebih dulu mati keracunan co2 dari pada kekerangan o2
204. Jika kita kehilangan satu mata, kita akan kehilangan 1/5 dari pengelihatan kita dan kehilangan seluruh persepsi tentang kedalaman objek.
205. Berdiri lama tanpa menekuk lutuk sama sekali akan membuat kita pingsan
206. Bawang putih yang kita gosok di tumit kaki akan meresap dapat dapat tercium dalam nafas kita.
207. Dengan merentangkan kedua tangan sejauh mungkin, jarak dari kedua ujung tangan adalah sama dengan tinggi kita.
208. Liburan selama sebelas hari berarti kita punya waktu hampir sejuta detik untuk menikmatinya
209. Dalam film Silence of The Lambs, tokoh Hannibal Lecter tidak pernah berkedip.
210. Di jepang, warung kopi disebut 'Kissaten'.
211. Merebus telur burung unta butuh waktu 40 menit.
212. Jaguar takut pada anjing
213. Gajah hanya tidur 2 jam dalam sehari
214. Johnny Deep takut pada badut
215. Ganymede adalah bulan planet Jupiter, merupakan bulan terbesar di tata surya kita, lebih besar dari planet Merkurius.
216. Dalam golf, 'Bo Derek' adalah istilah untuk nilai 10.
217. Koala punya dua jempol
218. Latte dalam bahasa Italia adalah susu
219. Llanfairpwllgwyngyllgogerychwyrndrobwlll... adalah nama sebuah desa di Wales Utara, Inggris.
220. Di Italia, Micky Mouse lebih dikenal dengan nama ' Topolino'
221. Susu sebenarnya lebih menyerupai makanan daripada minuman.
222. Ada lebih dari 450 jenis susu di dunia. 240 berasal dari Prancis.
223. Nyamuk lebih suka anak-anak daripada orang dewasa.
224. Partikel debu didalam rumah sebagian besar berasal dari sel kulit mati
225. Rat-rata orang bergerak 40 kali dalam tidurnya
226. Dalam bahasa Inggris, 'Naked' artinya tanpa perlindungan. '####' artinya telanjang
227. Broccoli dan kembang kol adalah sayuran yang berupa bunga.
228. Anak baru lahir memiliki 350 tulang. Mereka menyatu atau menghilang sampai menjadi 206 pada usia 5 tahun.
229. Tidak ada bukti yang pasti siapa yang membangun Taj Mahal.
230. Dalam survey terhadap 200000 burung unta selama 80 tahun, tidak ada satupun yang mengubur kepalanya dalam tanah.
231. Nail Amstrong melangkah pertama kali di bulan dengan kaki kiri.
232. Shuttlecock untuk badminton harus punya 14 bulu.
233. Mutiara bisa larut dalam cuka.
234. Babi tidak dapat berkeringat karena tidak punya kelenjar keringat. Mereka berlumur lumpur untuk mendinginkan kulitnya.
235. Venus dan Uranus adalah planet di tata surya kita yang berputar melawan jarum jam. Jadi matahari terbit dari barat di planet ini.
236. Microwave ditemukan setelah seorang ilmuan yang berjalan melewati tabung radar mendapati permen coklatnya meleleh disakunya.
237. Ikan hiu kebal terhadap kanker
238. Rusa Santa bernama: Dasher, Dancer, Prancer, Vixen, Comet, Cupid, Donner, dan Blitzen
239. Beberapa jenis cacing pita akan memakan dirinya sendiri jika kelaparan.
240. Kita bisa menghela sapi naik tangga, tapi tidak bisa menghela mereka turun tangga.
241. Plakat yang ditinggalkan Apollo 11 di bulan berbunyi "Here men from the planet Earth first set foot upon the Moon July 1969, A.D. / WE CAME IN PEACE FOR ALL MANKIND."
242. Alpabet Hawai terdiri dari 12 huruf saja
243. Nama paling populer di dunia adalah Muhammad.
244. Bola mata kita beratnya sekitar 28 gram
245. Paru-paru kiri lebih kecil dari paru-paru kanan karena memberi tempat terhadap jantung.
246. Pinguin hanya ada di kutub selatan, dan tidak bisa menyebrangi equator.
247. Kebanyakan orang bisa mendengar lebih baik dengan kuping kanan
248. Vitamin pada buah biasanya terdapat pada kulitnya
249. Rata-rata klakson mobil berbunyi pada nada F
250. Pria lebih mampu membaca tulisan dengan ukuran huruf kecil daripada wanita.*vivagamers.com